Empat Masalah dalam Mengelola Energi di Indonesia

Senin, 13 April 2015 | 12:48 WIB
Empat Masalah dalam Mengelola Energi di Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di Komisi VII DPR, Senin (26/1). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengungkapkan beberapa masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam mengelola energi. Ada empat paradoks yang selama ini dinilai oleh Sudirman sebagai penghambat pengembangan energi.

Pertama, persepsi masyarakat yang menyatakan Indonesia kaya akan sumber daya minyak dan gas, hal ini yang membuat masyarakat terlalu bergantung pada energi dan enggan melakukan penghematan.

“Padahal masyarakat tahu kalau energi kita masih impor, tapi masih berpikir Indonesia kaya akan sumber minyak dan gasnya. Tapi melihat hal ini, masyarakat juga tidak memiliki rasa kepedulian untuk berhemat membantu pemerintah,” katanya di Jakarta, Senin (13/4/2015).

Kedua, Indonesia mencukupi kebutuhan energi dengan mengandalkan impor dari luar negeri. Indonesia, tambah Sudirman, termasuk negara terbesar dan boros energi.

"Kita spend ratusan triliun untuk subsidi, padahal subsidi tersebut jatuh ke pemilik kendaraan. Makin banyak mobilnya, makin banyak di dapat subsidi. Kita tidak punya kesadaran untuk hemat. Kita habiskan ratusan triliun sekian lama untuk subsidi, habis untuk mobil dan motor," lanjutnya.

Ketiga, Indonesia memiliki banyak cadangan sumber daya energi terbaru dan terbarukan. Namun, hingga saat ini pemerintah belum serius mengembangkan energi tersebut.

“Malah menghabiskan energi dari fosil. Bagaimana mau mengembangkan energi di Indonesia agar tidak selalu bergantung kepada impor kalau tidak ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat,” katanya.

Paradoks terakhir yang disampaikan Sudirman adalah Indonesia dinilai tidak sungguh-sungguh dalam menyiapkan energi yang sifatnya suistanable. Padahal, sumber daya fosil pada waktunya akan habis.

“Salah satu akibat yang akan ditanggung oleh Indonesia yang terlalu fokus pada penggunaan fosil tadi, situasi energi di sektor lain mencemaskan. Contohnya saja listrik, masih banyak daerah yang mengalami defisit listrik dan bahkan belum mendapatkan listrik. Di sisi lain, cadangan kita terus turun, karena kita tidak mampu meng-cover apa-apa yang kita ambil dari perut bumi,” katanya.

REKOMENDASI

TERKINI