Bermodal Rp20 Juta, Lampu Hias Light Craft Merambah Pasar Dunia

Rabu, 08 April 2015 | 21:53 WIB
Bermodal Rp20 Juta, Lampu Hias Light Craft Merambah Pasar Dunia
Guntoro, pemilik usaha Light Craft asal Surabaya yang ikut membuka stand di pameran Inacraft 2015, Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (8/4/2015). [Suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memulai sebuah bisnis tak melulu harus memiliki modal dana besar. Yang paling dibutuhkan justru adalah sebuah keyakinan untuk melangkah maju dan tak pernah takut merugi dalam memulai sebuah bisnis.

Guntoro merupakan salah satu contohnya. Pemuda berusia 33 tahun ini kini bisa dikatakan telah sukses mengembangkan Light Craft, usaha lampu dekorasi dengan berbagai motif atau yang disebut cotton light.

Gun --sapaan akrabnya-- mengaku tertarik untuk membuka bisnis cotton light ketika dia bersama temannya sedang berjalan-jalan di Thailand. Ketika itu, dirinya datang ke toko pernah-pernik yang menjual berbagai lampu dekorasi yang dibalut dengan benang polyester.

"Waktu itu saya sama teman saya lagi iseng aja ke Thailand. Terus lihat lampu dekorasi yang disebut cotton ball light. Terus saya jadi terinspirasi untuk membuatnya. Terus saya coba untuk membelinya. Lalu saya mencoba mencari tahu, apakah di Indonesia sudah ada atau belum," tuturnya, Rabu (8/4/2015), saat ditemui Suara.com di depan booth-nya di ajang pameran Inacraft 2015.

Sepulangnya dari Thailand, Gun pun mencari lebih banyak informasi seputar cotton ball light. Ternyata dia belakangan tahu di Bali sudah ada yang menjual cotton ball light. "Tapi ternyata barangnya mereka impor dari Thailand," ujarnya pula.

Atas dasar itulah, Gun bersama temannya itu kemudian berkeyakinan untuk coba membuka bisnis cotton ball light buatan Indonesia. Tepatnya pada April 2009 lalu, dengan bermodalkan Rp20 juta saja, Gun memulai bisnisnya tersebut di Surabaya dan Bali dengan pemasaran melalui internet.

Nyatanya, bisnisnya tersebut disambut baik oleh masyarakat kala itu. Atas dasar itu pula, Gun pun memutuskan untuk terus mengembangkan usahanya. Lebih dari itu, selain produk yang unik, alasan Guntoro memilih bisnis ini adalah lantaran dirinya melihat ada peluang industri yang sangat bagus dan berkembang.

"Kemudian saya coba buat kembali lampu-lampu itu. Saya produksi 500 pieces dulu," ungkapnya.

Lelaki yang mempunyai hobi lari dan travelling ini menuturkan, awalnya dia sempat coba menitipkan lampu-lampu tersebut di salah satu pusat perbelanjaan (mal) di Surabaya, Jawa Timur. Tidak disangka, respons dari masyarakat pun ternyata cukup bagus.

Dari situlah, akhirnya Gun kian serius untuk meneruskan usaha ini. Bersama temannya, Gun pun membentuk tim R&D dan desain, di mana kemudian lampu-lampu itu ditambahkan sedikit desain sentuhan dari Guntoro dan timnya.

Gun menjelaskan, lampu-lampu yang dijualnya di pasaran bukan hanya untuk home decoration, tetapi juga bisa diarahkan ke segmen Natal, (aksesoris) wedding, birthday, hingga corporate gift. Dari tangan terampilnya kemudian, sudah ada lebih dari 100 jenis lampu cantik, termasuk dengan karakter Princess, hingga berbagai superhero dan lain sebagainya.

Setelah dua tahun menjalani bisnis cotton ball light tersebut, Gun mengaku lantas mulai berpikir untuk menentukan ciri khas produknya.

"Karena minat pasar di Indonesia dan di luar negeri berbeda-beda, jadi kita harus membuat daya tarik. Akhirnya kita memutuskan untuk membuat lampu-lampu karakter dengan unsur Nusantara Indonesia yang dijuluki Boli (Bola Imut)," ungkapnya.

Kini, bisa dibilang bisnisnya ini sudah berada di puncak kesuksesan. Namun bukan berarti Gun tidak pernah merasakan jatuh-bangun dalam membangun bisnisnya tersebut. Gun mengaku pernah tidak mendapatkan gaji dari bisnisnya tersebut.

"Kalau dibilang rugi enggak, karena saya menganggap bukan merugi, karena uang terus masuk dan muternya hanya di dalam saja. Jadi kalau merugi enggak. Tapi kalau enggak dapat gaji, iya," tuturnya sambil tertawa.

"Kami selalu mengevaluasi katalog-katalog produk kami setiap triwulan. Banyak produk-produk lama yang sudah tidak diproduksi, diganti dengan produk baru, sesuai arah pemasaran kami," ujarnya pula kemudian.

Beberapa item yang dipasarkan Gun lewat usahanya dijual dengan harga beragam. Khusus cotton ball light, dibanderol mulai dari Rp50.000 sampai Rp150.000. Sedangkan untuk lampu secara umum dipatok di kisaran Rp35.000 hingga Rp125.000. Sementara pohon Natal, harganya dibanderol antara Rp125.000 hingga Rp2.700.000.

Berkat keuletan dan kegigihannya pula, Guntoro kini sudah sanggup memasarkan produk Light Craft sampai ke luar negeri, mulai dari Singapura, Malaysia, India, hingga Italia. Dari usahanya tersebut, omzet yang diterima Guntoro diakuinya mencapai sekitar Rp200 juta per bulan.

"Namun untuk job order, sangat bergantung pada season dan kontrak yang sedang berjalan," katanya pula.

Gun memaparkan, saat ini penjualan retail lampu-lampu Light Craft banyak dijalankan oleh para reseller, terutama yang tersebar di seluruh media sosial. Diakuinya, pihaknya memang menekankan pada e-marketing, termasuk di website www.lightcraftindonesia.com.

"Dulu kami pernah memiliki gerai di Surabaya, Jakarta, Bali dan Lombok. Tetapi justru saat ini kami tidak melakukan penjualan di gerai-gerai lagi. Karena itu, untuk pemasarannya kami memiliki banyak reseller yang tersebar melalui seluruh media sosial," ungkapnya.

Saat ini, Light Craft disebut telah memiliki 20 orang staf tetap serta 40 orang staf borongan. Menurut Gun, manajemen sumber daya manusia (SDM) di Light Craft diawali dengan proses perekrutan karyawan yang benar dan kompeten di bidangnya masing-masing.

"Kita telah memiliki karyawan yang berkarakter baik dan kompeten dalam bidangnya masing-masing. Selanjutnya, bagian saya hanya men-support bagaimana mereka bisa maksimal dalam pekerjaannya," terang Gun.

"Hal itu saya lakukan dengan mendengar setiap keluhan dan mendorong setiap staf untuk aktif dalam segala kegiatan dan kebijakan perusahaan," tambahnya, sembari menambahkan bahwa dia juga berusaha menciptakan suasana kerja senyaman mungkin.

"Membangun nilai-nilai kekeluargaan dalam bekerja, liburan bersama, training, dan pembekalan untuk staf, juga kami lakukan sebagai penunjang," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI