Menguat, Rupiah Tinggalkan Level 13 Ribu per Dolar Amerika

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 24 Maret 2015 | 10:52 WIB
Menguat, Rupiah Tinggalkan Level 13 Ribu per Dolar Amerika
Ilustrasi: Rupiah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 62 poin menjadi Rp12.960 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.022 per dolar Amerika.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa rupiah mendapatkan momentum penguatan di tengah dolar AS yang sedang mengalami pelemahan di pasar global.

"Tren penurunan dolar AS di pasar global akan kembali diuji oleh data inflasi Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis pada Selasa (24/3/2015) ini waktu setempat yang diperkirakan negatif," katanya.

Ia menambahkan bahwa bersamaan dengan penguatan rupiah itu, harga surat utang negara (SUN) juga mengalami penguatan tajam bersama obligasi negara lain di pasar global. Mata uang rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan pengautan akibat sentimen di pasar global itu.

Kendati demikian, lanjut dia, pasar mata uang kawasan Asia dibayangi oleh data manufaktur Tiongkok yang cenderung menurun bisa mengurangi sentimen positif yang mulai terbentuk.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa sentimen dari lembaga Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengafirmasi 'Sovereign Credit Rating' Republik Indonesia pada 'BBB-' (triple B minus) dengan oulook stabil masih menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Ia menambahkan bahwa kondisi itu menunjukan fundamental ekonomi Indonesia yang sehat ke depannya sehingga ruang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cukup terbuka dan berpotensi untuk terus melanjutkan penguatan.

Menurut dia, peringkat Indonesia itu seiring dengan menguatnya arah kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga pada Februari lalu, diperkirakan akan membantu mendorong ekspansi ekonomi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI