Suara.com - Rumah Guruh Dwi Riyanto di Babelan, Kabupaten, Bekasi Jawa Barat tampak tak terusus. Sejak pertama kali beli 2 tahun sampai sekarang, rumah itu dibiarkan kosong dan tidak direnovasi.
Pekerja media itu enggan menempatinya. Alasannya, rumahnya jauh dari pusat kota tempat dia bekerja. Lalu mengapa beli rumah di sana?
Rumah seluas 60 meter persegi itu berharga Rp 95 juta 2 tahun lalu. Guruh ikut program rumah subsidi, sehingga dia hanya membayar cicilan perbulan Rp 750 ribu selama 15 tahun. Cicilan itu tidak berubah selama itu.
"DP (down payment atau uang muka) rumah Rp 5 juta. Makanya saya ambil rumah itu, karena kuat bayar DP," kata Guruh kepada suara.com, Senin (16/3/2015) sore.
Namun sampai sekarang dia enggan menempati rumahnya. Sebab jarak rumahnya ke kantor tempat dia bekerja sejauh 38 km. Itu ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Jika dengan mobil melewati tol lingkar luar Jakarta, jarak tempuhnya mencapai 58 km lebih.
Bagimana dengan naik angkutan umum? Perumahan Puri Gardenia - nama perumahan itu - berjarak 10 km dari stasiun Bekasi.
"Harus naik mikrolet. Habis itu naik kereta. Kalau naik motor premium habis sampai 3 liter pulang balik rumah. Waktu tempuh 2 jam lebih, belum macet masuk ke Jakarta," kata dia.
Dengan kondisi itu dia memutuskan untuk tinggal di rumah susun di kawasan Jakarta Utara. Alasannya 'klasik', bisa dekat dengan tempat kerjanya di kawasan Jakarta Selatan dan tempat kerja istrinya di Kelapa Gading.
"(Nyesel beli rumah di sana?) Nggak sih. Itu untuk investasi atau dikontrakkan," kata Guruh yang mengatakan sampai saat ini belum ada orang yang ingin mengontrak rumahnya.
2 pilihan calon pembeli rumah