Suara.com - Presiden Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia, Michael T. Tjoajadi menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika bukanlah yang terburuk.
"Fluktuasi rupiah kita itu tidak sebesar mata uang negara lain. Penurunan rupiah yang sebesar 6 persen itu jauh lebih rendah dibanding negara lain yang bisa 15 sampai 20 persen penurunannya," kata Michael di Jakarta, Senin (16/3/2015).
Menurut dia, di dunia hanya ada tiga mata uang yang tahan pada penguatan dolar Amerika yang terjadi belakangan ini, yaitu peso Filipina, rupee India dan bath Thailand.
"Itu pun hanya nol koma sekian persen saja," katanya.
Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS salah satunya disebabkan oleh banyaknya investor asing yang keluar dari obligasi negara untuk mencari instrumen investasi yang aman, yaitu mata uang dolar Amerika Serikat.
Perekenomian Amerika Serikat yang membaik memberi dampak penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang lain di dunia.
"Tapi kalau dolar Amerika menguat, Amerika juga tidak suka karena barang-barang ekspor dia akan menjadi semakin mahal, bisa-bisa dia impor dari Cina. Di sisi lain, Jerman akan senang karena Euro turun akan mendorong negara lain mengimpor mesin dari mereka, bukan dari Amerika," katanya.
Oleh karena itu, Michael memperkirakan pihak Amerika Serikat pun berharap penguatan dolar tidak terus terjadi.
"Kalau rencana The Fed menaikkan suku bunga, saya rasa ini pasti akan dilakukan, pasti ada tekanan buat kita. Tapi dolar mungkin juga tidak akan menguat lagi," ujarnya. (Antara)
Dolar Amerika Menguat, Mata Uang Tiga Negara Ini 'Tahan Banting'
Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 16 Maret 2015 | 14:27 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Media Singapura Soroti Nilai Rupiah Melemah Imbas Demo di DPR: Berkinerja Terburuk Kedua di Asia
22 Agustus 2024 | 16:45 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI