Indonesia Terancam Dilanda Krisis Beras

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 24 Februari 2015 | 16:08 WIB
Indonesia Terancam Dilanda Krisis Beras
Suasana para pedagang beras di Pasar Beras Cipinang, Jakarta. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga beras yang melambung memicu dunia usaha untuk turun tangan. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) akan mendorong anggotanya untuk berinvestasi dan meningkatkan produksi beras.

“Kita akan dorong anggota kita untuk masuk di beras. Solusinya harus ada investasi dan industrilisasi beras,” ujar Ketua Umum Hipmi terpilih Bahlil Lahadahlia, dalam keterangan tertulis yang diterima suara.com, Selasa (24/2/2015).
 
Bahlil mengatakan, ada ketidakseimbangan antara supply dan demand beras di Tanah Air. “Demand-nya meningkat tajam sementara dari sisi supply kita sangat sedikit,” ujar Bahlil.

Bahlil mengatakan, krisis beras, bila tak dapat diatasi secara sistematis akan terulang lagi ke depan. Pasalnya, faktor demografi luput dari analisa para pakar dan pengambil kebijakan selama ini.

“Ini tidak hanya urusan ada mafia atau tidak, ada fakta lain dari sisi demografi yang berkembang saat ini yang luput dari pandangan kita,” kata Bahlil.
 
Kata dia, saat ini Indonesia mengalami ledakan penduduk. Tak hanya itu, jumlah usia produktifnya sangat tinggi dan konsumsi pangannya juga tajam. Pada tahun ini, penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa.

“Bayangkan sebagian besar dari penduduk tersebut memasuki usia produktif. Tahun 2018 kita masuk era bonus demografi. Pada usia tersebut bisa dibayangkan konsumsi pangannya seperti apa? Dan beras masih menjadi sumber utama pangan kita,” jelas Bahlil.   
 
Bahlil memaparkan pada tahun 2020, jumlah penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Sehingga kebutuhan pangan ke depan akan meningkat tajam. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 270  juta jiwa.
 
Menurut dia, setiap 100 tahun penduduk Indonesia naik lima kali lipat. Para tahun 1900-an jumlah penduduk Indonesia hanya 40 juta. Bandingkan dengan tahun 2000 yang telah mencapai 200 juta. “Seratus tahun lagi, kita sudah satu miliar jiwa. Kita harus pikirkan mulai sekarang bagaimana memberi makan anak cucu kita sebanyak satu miliar itu,” papar Bahlil.
 
Di sisi lain, ujar Bahlil lahan pertanian semakin sempit dan infrastruktur irigasi terbengkalai. Hal ini membuat para petani tidak tertarik lagi memanfaatkan lahannya untuk menanam padi. “Sebab itu kita butuh modal yang besar serta investasi agar industri yang membuka lahan-lahan baru untuk persawahan. Kita harus membantu petani yang kapasitas dan modalnya sangat kecil,” pungkas Bahlil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI