Dapur Shofii: Nikmatnya Kering Tempe Tanpa MSG

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 16 Februari 2015 | 12:00 WIB
Dapur Shofii: Nikmatnya Kering Tempe Tanpa MSG
Cisya Satwika (kanan). (Facebook)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang bisa diolah menjadi berbagai macam masakan. Kenikmatan cita rasa tempe bukan hanya terkenal di Indonesia saja tetapi juga sudah menembus dunia.

Kenikmatan tempe bisa dirasakan dalam berbagai macam bentuk. Mulai dari tempe goreng biasa, tempe yang digoreng dengan tepung, orek tempe hingga tempe bacem.

Jenis olahan tempe yang juga banyak disukai adalah kering tempe yang biasanya dicampur bersama dengan kacang dan ikan teri. Kering tempe lah yang membuat Cisya Satwika (39 tahun) secara tidak sengaja terjun ke bisnis makanan.

“Jadi waktu itu sekitar Agustus 2014 ada teman saya yang tiba-tiba pesan kering tempe. Padahal, saya waktu itu belum jualan kering tempe. Akhirnya saya buatin pesenan kering tempe pesanan dia. Kebetulan saya juga sering membawa kering tempe ke acara pertemuan-pertemuan dan ternyata responnya bagus dan ada yang meminta saya untuk jualan kering tempe,” kata Cisya.

Itulah awal Cisya memulai kiprahnya berjualan kering tempe. Menu ini sebenarnya bukan hal yang baru karena kering tempe merupakan masakan yang disukai anak-anaknya dan juga almarhum suaminya.

“Saya dapat resep kering tempe ini dari nenek saya. Awalnya hanya bikin kering tempe pakai kacang. Tetapi, almarhum suami saya ketika itu minta dicampur dengan teri juga, jadilah saya membuat kering tempe dicampur kacang dan juga teri,” katanya.

Dengan modal awal sekitar Rp500 ribu, Cisya mulai memproduksi kering tempe. Sasaran utamanya adalah teman-temannya. Kering tempe buatannya itu dijual dengan harga 25 ribu per toples (belum termasuk ongkos kirim). Ketika itu, belum ada nama dari usahanya ini.

“Ada yang kasih masukan nama dengan bahasa Inggris, tetapi saya gak sreg. Akhrnya ada yang usul pakai nama anak bungsu saya saja. Dari situlah muncul nama Dapur Shofii,” jelasnya.

Proses pembuatan kering tempe ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cisya memerlukan waktu sekitar 2-3 hari untuk merampungkan proses pembuatan kering tempe.

“Hari pertama biasanya saya menyiapkan bahan-bahan seperti teri dan kacang. Semuanya digoreng. Hari kedua baru menggoreng tempenya dan setelah itu baru digabung menjadi satu,” ujarnya.

Selain kering tempe, Cisya juga mulai menjual kering kentang. Menu baru ini juga berdasarkan permintaan dari teman-temannya. Ternyata, justru menu ini yang paling laris. Semua makanan yang dijual Cisya tidak menggunakan bahan pengawet alias MSG.

“Kering tempe ini kan juga dimakan sama anak-anak saya dan saya dari dulu tidak mau anak-anak makan makanan yang ber-MSG. Saya yakin ibu-ibu lainnya juga ingin makanan yang sehat untuk anak-anaknya. Itulah yang membuat saya tidak mau memakai MSG untuk kering tempe dan kering kentang yang saya jual,” ceritanya.

Cisya menawarkan kering tempe dan kentang produksinya ini melalui Facebook. Dia menge-tag teman-temannya dan lama-kelamaan mulai banyak yang memesan jualannya ini. Kering tempe dan kentang produksi Dapur Shofii ini sudah memembus Papua dan juga ke luar negeri.



“Kalau ke luar negeri itu ceritanya ada teman saya di Kazakhstan yang lihat produk jualan saya di Facebook dan ingin memesan. Karena ongkos kirimnya mahal, jadi saya bilang ke dia kalau ada yang ke Kazakhstan kasih tahu aja biar dititipin. Suatu ketika dia ngasih tahu ada temannya yang mau ke Kazakhstan jadi saya temui dia dan saya titipkan kering tempe itu,” kata Cisya.

Kering tempenya juga sudah merambah ke Prancis, Belanda, Cina dan juga Amerika. Kata Cisya, semuanya tidak melalui pengiriman tetapi diambil ketika ada temannya yang kebetulan akan ke negara tersebut.
 
Meski tanpa MSG, kering tempe buatan Cisya tidak kalah enak dengan kering tempe yang menggunakan MSG. Dia mengaku pernah memberikan kering tempe buatannya kepada orang yang biasa mengonsumsi makanan dengan MSG. “Dia bilang kering tempe saya enak,” ujarnya.

Selain kering tempe dan kering kentang, Cisya juga memproduksi bawang goreng yang dijual dengan harga Rp20 ribu per ons. Kini, bisnis makanan sehat tanpa MSG yang dijalani Cisya sudah menghasilkan omset Rp4 juta per bulan.

Meski tanpa MSG, Cisya menjamin kering tempe dan kentang buatannya tahan lama bisa hingga 2 bulan. Karena, proses pembungkusannya menggunakan silica gel khusus untuk makanan, yang membuat udara sulit untuk masuk ke toples makanan.



Tertarik untuk merasakan nikmatnya kering tempe atau kering kentang produksi Dapur Shofii? Anda bisa memesan melalui akun Facebook, Cisya Satwika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI