100% Traveller, Hobi yang Menjadi Bisnis Beromzet Ratusan Juta

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 09 Februari 2015 | 11:07 WIB
100% Traveller, Hobi yang Menjadi Bisnis Beromzet Ratusan Juta
Alvan Prihandijaya dan istri. (dok:pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alvan Prihandijaya (37 tahun) sudah mempunyai hobi travelling sejak masih duduk di bangku SMA. Ketika masih tinggal di Surabaya pada tahun 1995, Alvan dan teman-teman SMA-nya kerap melakukan travelling ke Gunung Bromo.

“Itu pengalaman travelling pertama saya dan saya berkata kepada diri sendiri, kok enak yah. Setelah itu terus berlanjut ke Bali dan juga naik gunung lagi,” kata Alvan.

Alvan mengungkapkan, travelling membuat dirinya menemukan ketenangan. Dia lebih senang travelling ramai-ramai dan dengan orang yang belum dikenal. “Saya ini suka kenalan dengan orang baru jadi teman saya bisa ada di mana-mana,” jelasnya.

Lulus SMA, Alvan melanjutkan kuliah ke Jakarta. Dia mulai jarang melakukan hobi travelling-nya. Sejak tahun 1996 akhir hingga 1999, Alvan sama sekali berhenti travelling. Krisis moneter dan juga ekonomi yang melanda Indonesia dan sejumlah negara Asia lainnya menghambat keinginannya untuk jalan-jalan.

“Saya mulai travelling lagi ketika bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Awalnya dari perjalanan bisnis dan saya sempatkan travelling. Kalau bisnis trip-nya tiga hari biasanya setelah itu dua hari saya pakai buat travelling,” ungkapnya.

Ketika sudah bekerja, Alvan mulai merasakan travelling ke luar negeri. Hobi travelling membuat Alvan berpikir untuk mendirikan sebuah biro perjalanan. Ide itu muncul pada tahun 2008. Ketika itu, Alvan berpikir hobi travelling bisa menjadi sebuah ladang pekerjaan.

Alvan melakukan persiapan selama satu tahun sebelum akhirnya mendirikan 100% traveller. Dia patungan bersama istrinya, Nelvi sebesar Rp500 ribu per orang.

“Jadi modal awalnya tidak terlalu besar hanya sekitar Rp1 juta. Awalnya saya memperkenalkan ke teman-teman dan akhirnya mulai banyak yang kasih referensi. Trip pertama saya ketika itu ke Karimun, Jawa. Biayanya per orang sekitar Rp400 ribu. Saya tidak ambil untung terlalu besar. Alhamdulillah, para peserta travelling merasa puas dengan pelayanan yang saya berikan,” katanya.

Awalnya, 100% traveller mengajakan pecinta travelling dengan cara backpacker. Alasannya, biaya yang diperlukan untuk backpacker tidak terlalu besar. Uang muka sebesar 50 persen yang dibayar sudah bisa digunakan untuk membeli tiket pesawat.

“Komponen terbesar dari travelling itu adalah tiket pesawat bisa menghabiskan 70-80 persen dari biaya keseluruhan. Semakin ke atas pasar yang disasar maka modal yang diperlukan akan semakin besar. Hukum ekonomi berlaku yaitu kalau modal sedikit maka traffic yang didapat juga sedikit,” jelasnya.

Alvan dan istri menggunakan jasa media sosial dalam mempromosikan 100% traveller, salah satunya melalui Facebook dan juga blog. Pangsa pasar 100% traveller pun mulai bertambah ke perusahaan. Untuk bisa menggaet perusahaan, Alvan harus merogoh kocek lebih dalam karena biasanya pihak perusahaan hanya mau membayar uang muka 50 persen.

“Padahal untuk tiket pesawat saja menghabiskan 70-80 persen dari biaya total. Karena itu, saya harus nombokin dulu 20 persennya sehingga memang perlu dana yang lebih besar untuk memberangkatkan wisatawan dari perusahaan,” jelasnya.

Rombongan wisatawan 100% traveller. (dok: pribadi)

Alvan menceritakan upaya yang dilakukannya untuk meraih banyak pelanggan dengan cara menjual pelayanan alias servis. Kata dia, harga boleh murah tetapi servis sama sekali tidak boleh dikurangi.

“Salah satu contoh servis itu misalnya makanan. Kalau harga murah memang tidak bisa mengharapkan makanan yang mewah. Biasanya kami memberitahu para wisatawa menu makanan yang akan mereka santap di awal. Contoh servis lainnya adalah kamar hotel. Kami biasanya punya standar kamar deluxe untuk perusahaan. Pernah suatu ketika kamar deluxe habis dan terpaksa saya upgrade ke tingkat di atasnya tanpa menagih biaya ekstra alias saya yang membayar selisih harganya,” katanya.

Dengan 100% traveller, Alvan berharap bisa memberangkatkan semua orang yang ingin wisata meski hanya punya uang yang terbatas.

“Kami juga bisa customize yaitu memberangkatkan orang sesuai dengan budget yang mereka punya. Tentu asal budgetnya realistis, jangan hanya punya uang 1-2 juta tapi ingin jalan-jalan ke luar negeri. Jadi kami bisa mengatur perjalanan sesuai dengan budget calon pelanggan tentu juga bentuk pelayanannya akan sedikit berbeda. Intinya, saya ingin bisa memberangkatkan orang yang ingin berwisata,” tandasnya.

Selama hampir enam tahun menjalankan 100% traveller, Alvan dan istri tidak terlalu sering menghadapi kendala dalam memberangkatkan para wisatawan. Kata dia, nyaris semua perjalanan berlangsung lancar.

“Hanya ada satu pengalaman yang cukup pahit yaitu ketika pada 2012 saya sudah booking 70 tiket kapal untuk ke Karimun Jawa. Tiba-tiba tiket itu dibatalkan secara sepihak H-2. Perjalanan tidak mungkin dibatalkan, akhirnya saya memaksakan agar bisa tetap berangkat meski tidak dapat tepat duduk. Saya memang dikomplain oleh peserta tetapi saya pikir daripada tur itu tidak jadi lebih baik saya dikomplain tapi mereka tetap bisa jalan-jalan,” ujar Alvan.

Dalam waktu dekat, Alvan berencana melakukan rebranding dari nama 100% traveller menjadi Golungo. Kata dia, nama Golungo campuran dari bahasa Inggris dan Jawa yaitu Go dan Lungo yang artinya sama yaitu pergi. Informasi lengkap tentang Golungo bisa dilihat di laman www.golungo.com.

Alvan dan istri. (dok: pribadi)

Selama enam tahun, Alvan menjalankan bisnis biro perjalanan ini hanya berdua dengan istrinya. Mereka biasanya menyewa jasa tour leader secara lepas alias freelancer. Karena itu, Alvan punya keinginan bisa menjadikan para tour leader yang dikaryakan untuk memandu wisatawan menjadi karyawan tetap Golungo.

Saat ini, 100% traveller atau Golungo sudah menghasilkan omset sekitar Rp200 juta per bulan.Bersama sang istri, Alvan sudah berhasil mengubah hobi jalan-jalan menjadi sebuah bisnis yang beromzet ratusan juta rupiah.

REKOMENDASI

TERKINI