"Momonyo dan Zend", Produk Sepatu dengan Bahan Kain Nusantara

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 26 Januari 2015 | 12:00 WIB
"Momonyo dan Zend", Produk Sepatu dengan Bahan Kain Nusantara
Zendi Yudhimadumita. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Zendhi Yudhimadumita mulai tertarik untuk jualan sepatu ketika saudara sepupunya meminta untuk menjadi reseller. Ketika itu, saudara sepupunya sudah mempunyai usaha sepatu buatan sendiri. Awalnya, dia menjual sepatu produksi saudara sepupunya itu di garasi di rumahnya.

“Ketika itu saya menjualnya dengan cara garage sale dan juga ikut dalam acara bazar. Lama-lama, saya mulai tertarik untuk membuat sepatu sendiri.  Kebetulan, saya senang menggambar. Dari situlah saya memutuskan untuk memulai usaha sendiri,” kata Zendhi.

Dengan modal Rp16 juta, Zendhi mulai menggambar model sepatu yang ingin dibuatnya. Setelah rancangan sepatu dari bahan corat-coretnya itu selesai, dia mulai mencari tukang yang bisa membuat sepatunya itu.

“Karena masih kecil-kecilan, saya tidak memproduksi sepatu dalam jumlah banyak. Hanya sekitar 90-an items. Sepatu itu saya beri nama Momonyo,” ujarnya.

Kenapa Momonyo? Karena kata itu merupakan panggilang sayang sang suami kepada dirinya. Mulai pertengahan 2014, Zendhi memulai usahanya jualan sepatu. Dia menggunakan bahan kain batik. Alasannya, sudah mulai banyak konsumen yang senang dengan batik. Apalagi, pemerintah juga mulai menggalakkan pemakaian batik untuk sejumlah acara-acara resmi.

Awalnya, Zendhi menargetkan kelas menengah ke atas untuk sepatu buatannya itu. Karena itulah, harga sepatu Momonyo cukup mahal yaitu antara Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per pasang. Konsumen yang menjadi sasarannya adalah perempuan.

“Sebenarnya alasan kenapa Momonyo hanya dijual untuk kaum perempuan sangat gampang, karena lebih mudah untuk dijual. Tadinya saya sempat ingin membuat sepatu ini untuk anak-anak juga. Karena, ada ibu-ibu yang ingin punya sepatu yang sama dengan anak-anaknya. Tetapi belajar dari pengalaman ketika melakukan garage sale ketika itu, sepatu anak-anak yang sama dengan sepatu perempuan banyak yang sisa sehingga saya putuskan untuk memproduksi sepatu hanya untuk perempuan,” katanya.

Bahan sepatu buatannya juga tidak hanya batik tetapi juga menggunakan bahan dari kain dari sejumlah daerah. Kata dia, dengan membuat sepatu dari bahan kain Nusantara konsumen diharapkan bisa menyukai dan menghargai produk buatan Indonesia.

Zendi merasa senang ketika konsumen puas dengan sepatu buatannya. Dia pun mulai berpikir untuk membuat sepatu lagi dengan pangsa pasar yang berbeda yaitu menengah ke bawah. Maka, lahir lah sepatu dengan merek Zend.

Berbeda dengan Momonyo, harga sepatu ini jauh lebih terjangkau yaitu rata-rata di bawah Rp200 ribu. “Masih tetap menggunakan bahan kain tetapi dengan kualitas yang sedikit  berbeda dibandingkan dengan bahan kain yang dipakai untuk sepatu Momonyo,” jelasnya.



Zendhi membuat sepatu dengan harga dan kualitas yang berbeda supaya bisa menjangkau konsumen yang lebih luas lagi. Meski baru beberapa bulan lahir, sepatu dengan merek Zend ternyata mendapat respon yang bagus. Penjualannya sudah mulai mengalahkan Momonyo, yang lahir lebih dulu.

“Saya masih memanfaatkan media sosial untuk menjual sepatu Momonyo dan Zend. Biasanya lewat BlackBerry Messenger, Facebook dan juga Instagram. Saat ini saya sedang menyiapkan website khusus untuk menjual sepatu buatan saya,” jelasnya.

Usaha sepatu ini telah menghasilkan omset sekitar Rp4-13 juta per bulan. Selama ini, Zendhi masih mengerjakan semuanya seorang diri, mulai dari menggambar model sepatu, mengantarkan ke tempat pembuatan sepatu hingga memasarkannya.

“Semoga tahun ini bisa lebih banyak lagi produksi sepatu buatan saya yang terjual dan websitenya juga mulai beroperasi. Saya sih ingin bisa punya tempat khusus untuk memajang sepatu Momonyo dan Zend di rumah saya,” tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI