Penjualan Rumah di Jabodetabek Mencapai Rp1,6 Triliun

Doddy Rosadi Suara.Com
Kamis, 22 Januari 2015 | 09:17 WIB
Penjualan Rumah di Jabodetabek Mencapai Rp1,6 Triliun
Ilustrasi: Rumah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penjualan rumah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi naik pada triwulan IV/2014. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghada mengatakan, nilai penjuala rumah pada triwulan IV/2014 lebih dari Rp1,6 triliun.

Meski secara jumlah unit terjadi penurunan 2,8 persen namun secara nilai justru naik 29,8 persen. Kata dia, penjualan rumah terbesar terjadi di Bogor dengan perkiraan nominal lebih dari Rp443 miliar atau 26,4 persen dari total penjualan.

Ali mengatakan mengikuti tren triwulan III/2014, segmen menengah memberikan kontribusi sebesar 59,1% dibandingkan dengan segmen kecil dan besar, masing-masing 9,6% dan 31,3%. Sedangkan segmen kecil diperkirakan semakin berkurang karena harga tanah yang semakin tinggi dan kebijakan pemerintah yang sampai saat ini belum jelas untuk mendorong perumahan rakyat.

"Kejenuhan di segmen besar pun masih dirasakan membuat pasar terus bergeser ke segmen menengah dan pengembang pun banyak yang mulai fokus untuk memasarkan rumah menengah,” kata Ali dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (22/1/2015).

Hal ini juga terlihat dari tren harga rumah rata-rata dengan kenaikan terbesar terjadi di segmen menengah dari Rp591 juta menjadi Rp676 juta. Sedangkan harga rumah rata-rata di segmen kecil mengalami penurunan.

Secara umum pasar sebenarnya pasar tidak terlalu mengalami lonjakan. Peningkatan terjadi karena banyak pengembang yang memasarkan produk di akhir tahun dengan berbagai gimmick marketing di tengah kenaikan BBM yang akan membuat properti naik di awal tahun. Hal ini membuat di respon sebagian besar konsumen membeli dengan harga ‘lama’ sebelum harga naik, meskipun kemudian BBM sempat diturunkan di akhir tahun.

I menambahkan, di tahun 2015 para pengembang relatif masih berhati-hati untuk menaikkan harga rumahnya. Banyak pengembang segmen kecil yang mulai beralih ‘naik kelas’ ke segmen menengah.

"Bukan berarti pasar segmen kecil menurun, melainkan dikarenakan harga tanah yang tinggi sehingga para pengembang yang umumnya skala kecil tidak sanggup lagi untuk membeli tanah dengan harga yang sudah terlalu tinggi,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI