Andika-Anniesa, Membesarkan First Travel dengan Modal 'Dengkul'

Doddy Rosadi Suara.Com
Jum'at, 16 Januari 2015 | 12:00 WIB
Andika-Anniesa, Membesarkan First Travel dengan  Modal 'Dengkul'
Anniesa dan Andika Surachman. (Suara.com/Doddy Rosadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjadi pengusaha tidak harus mempunyai ijazah sarjana dan modal besar. Yang diperlukan adalah keberanian dan terkadang modal nekat. Hal ini yang dilakukan oleh Andika Surachman (29 tahun) dan Anniesa Hasibuan (28 tahun), pendiri biro perjalanan First Travel yang hanya lulusan SMA.

Andika mengaku ‘terpaksa’ terjun ke dunia usaha. Pada 2004, Andika masih bekerja di salah satu minimart di Jakarta sebagai karyawan. Dia bekerja selama satu tahun sebelum menjadi karyawan magang di Bank Bukopin dengan gaji Rp50 ribu per hari.

Hidupnya berubah ketika ayah mertuanya meninggal pada Juni 2008. Sejak menikah, Andika memang tinggal di rumah orangtua Anniesa, sang istri. Meninggalnya ayah mertua membuat Andika harus menanggung biaya tiga adik iparnya yang masih kecil.

Karena gaji yang didapat dari tempat dia bekerja tidak cukup, Andika memutuskan menggadaikan motornya untuk membuka usaha. Dengan modal Rp2 juta, Andika memulai perjalanan sebagai seorang entrepreneur. Dia membuka kios pulsa, jualan burger hingga sprei. Namun, modal Rp2 juta itu tidak bertahan lama.

Kehabisan modal, Andika dengan berat hati menggadaikan rumah peninggalan ayah mertuanya. Dia mendapatkan uang Rp50 juta dari hasil menggadaikan rumah itu ke bank. Dengan modal Rp50 juta itulah, Andika kembali membuka usaha baru. Lagi-lagi, usahanya gagal dan modal pun habis. Ujungnya, bank menyita rumah milik almarhum ayah mertuanya dan memberikan kelebihan uang Rp10 juta.

Dengan uang Rp10 juta itu, Andika memutuskan untuk membuka CV First Karya Utama yang bergerak di bidang biro perjalanan. Kenapa biro perjalanan? Karena Andika dan Anniesa bermimpi bisa liburan keliling Indonesia. Uniknya, mereka sama sekali tidak tahu menahu soal usaha biro perjalanan. Semua dilakukan dengan otodidak.

“Ketika pertama kali baru buka CV, saya dan istri menelepon semua nomor kontak yang ada di Yellow Pages untuk menawarkan jasa biro perjalanan. Itulah yang membuat biaya operasional bengkak,” kata Andika.

Anniesa yang bertindak sebagai marketing ikut membantu Andika dalam mencari klien. Jerih payah mereka mulai memperlihatkan hasil ketika menerima klien Bank Indonesia yang ingin memberangkatkan 100-an karyawannya untuk umroh. Meski tidak tahu dan belum pernah umroh, Andika dan Anniesa berjudi dengan menerima tawaran itu.

“Kami beruntung karena mendapat rekanan di sana yang jujur dan kerjanya bagus sehingga klien kami puas. Itulah awal kami berdua merasa bahwa umroh ini akan menjadi bisnis utama dari usaha kami,” kata Anniesa.

Sukses memberangkatkan 100-an karyawan BI, First Travel kemudian mendapatkan klien baru lagi yaitu Pertamina. Andika bercerita, First Travel datang terlambat untuk presentasi tender umroh karyawan Pertamina. Namun, entah kenapa, mereka tetap diizinkan untuk melakukan presentasi.

“Akhirnya, dari lima biro perjalanan besar lain yang datang tepat waktu dan sudah melakukan presentasi, justru kami yang akhirnya dipilih,” ungkap Andika.

CV First Karya Utama pun akhirnya berubah menjadi PT First Travel. Pelan tapi pasti, First Travel mulai sukses dalam bisnis perjalanan umroh. Pada 2012 berhasil memberangkatkan 800-900 orang dan setahun berikutnya meningkat menjadi 3.600 orang. Pada 2014, First Travel mampu memberangkatkan 15.700 orang dan tahun ini sudah ada 35-38 ribu calon jemaah yang akan diberangkatkan umroh.

Sukses yang diraih pasangan suami istri itu membesarkan First Travel tidak semudah membalikkan telapak tangan. Andika dan Anniesa kerap jadi korban penipuan yang sebagian besar justru dilakukan oleh orang dekatnya. Sampai suatu ketika mereka sempat putus asa karena rugi ratusan juta rupiah akibat ditipu teman dekatnya.

“Kami ketika itu sempat berniat untuk melakukan bunuh diri. Saya dan istri sudah parkir di lantai paling atas di salah satu mal di Jakarta dan hanya tinggal memajukan mobil sedikit saja agar bisa jatuh ke bawah. Tapi kami akhirnya sadar, bagaimana dengan nasib anak kami, lalu adik-adik kami. Akhirnya, niat itu kami batalkan,” kata Andika.

Karena sering ditipu oleh teman dekatnya, Andika dan Anniesa memutuskan tidak mau menerima karyawan yang mereka kenal. Saat ini, First Travel sudah mempunyai 60 karyawan dan punya cabang di London. Andika dan Anniesa membagi rahasia sukses membesarkan First Travel yaitu kepercayaan.

“Kalau harus memilih antara kepercayaan atau pelayanan maka saya akan pilih kepercayaan. Karena, kepercayaan itu susah untuk didapat. Sekali anda mencederai kepercayaan orang maka sulit untuk membuat orang itu percaya lagi kepada anda. Itulah kenapa First Travel tidak pernah jor-joran dalam melakukan promosi. Kami hanya mengandalkan kepercayaan dari pelanggan kami,” jelas Andika.

Kini, First Travel sudah menjadi salah satu biro perjalanan umroh ternama di Indonesia. Tahun lalu, omzetnya mencaapi 30 juta dolar Amerika. Tahun ini, Andika menargetkan bisa meraih omzet 40-50 juta dolar Amerika. Tidak ada yang menyangka bahwa Andika dan Anniesa memulai usaha itu hanya bermodalkan ‘dengkul’ serta uang hasil menggadaikan rumah ayah mertua.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI