Suara.com - Pascapenurun bahan bakar minyak premiun dari Rp8.500 per liter menjadi Rp7.600 per liter. Masyarakat Kabupaten Bogor, Jawa Barat kesulitan mendapatkan premium di SPBU.
"Saya sudah melalui tiga pom bensin dari Parung menuju Bogor, premiun habis," kata Fitra, pengendara sepeda motor di Kemang, Kabupaten Bogor, Kamis (1/1/2015).
Pihaknya terpaksa membeli pertamax lagi. Padahal mau irit beli premium. Malah jadi melilit kesulitan mendapatkan premium sejak harga premiun turun jadi Rp7.600 per liter.
"Sekarang premiun sulit sekali, yang ada hanya pertamax jadi pertamax deh yang dibeli," katanya.
Sementara itu, Rohman petugas SPBU 34-16303 pertamina, mengatakan, premiun habis sejak tadi pagi. Hingga malam ini, belum juga datang dari Pertamina pusat.
"Tetapi stok pertamax masih ada, silahkan kalau mau beli," katanya di Jampang, Parung, Kabupaten Bogor.
Ia mengatakan, sejak pertama kali premium turun harga jadi Rp7.600 per liter pertanggal 1 Januari 2015, premium kembali jadi primadona masyarakat Bogor hingga stok kosong di SPBU. Karena selisih harganya cukup banyak hingga Rp900 per liter.
Pantauan di jalan raya Parung-Bogor, SPBU 34-16303 Pertamina dan SPBU 34-16309 Pertamina stok premiun kosong. Sedangkan SPBU 34-16301 Pertamina di Kemang Bogor tutup total karena stok premiun dan solar habis.
Sebelumnya, ketika premiun pertama kali naik jadi Rp8.500 per liter. Masyarakat Bogor, kata Epik, warga Bogor di Kemang, banyak beralih memakai pertamax karena selisihnya sedikit. "Tetapi sulit juga mendapatkan pertamax ketika selisih sedikit dengan premium," katanya.
Dampak dari kenaikan premium pertama kali di masa pemerintahan Jokowi. Semua harga bahan kebutuhan pokok dan biaya transportsi naik hingga 100 persen lebih.
"Tetapi, ketika harga premium turun, tetap saja harga normal seperti premium Rp8.500 per liter," katanya.
Tetapi kata, Epik, SPBU 34-16304 premiun masih ada. Namun antrian cukup panjang di jalur pengisian premium khusus sepeda motor.
Sementara itu, biaya transportasi angkutan kota Parung-Bogor tetap normal seperti premium Rp8.500 perliter, kata Mantud sopir angkot Parung-Bogor di Parung.
"Kami belum menerima perintah dari organda untuk menurunkan tarif angkot," katanya.
Walaupun premiun sudah turun harga Rp7.600 per liter. Sopir angkot tetap kesulitan mendapatkan premiun pascapenurunan harga premium di Kabupaten Bogor.
Lain, lagi halnya dengan pedagang ayam potong di Kemang, harga ayam potong sekarang masih Rp22.000 per kilogram. Sejak harga premium premium turun harga ayam tetap normal. Bahkan, kata Dia, di pasar harga ayam bisa mencapai Rp25.000 per kg sejak tanggal 31 Desember 2014 hingga 1 Januari 2015 di Kabupaten Bogor.
"Turun naiknya premiun tidak berpengaruh besar kepada pedagang ayam potong," katanya. Tetapi, lanjutnya, yang menjadi harga ayam potong mahal di pasaran karena harga harga pakan yang terus naik per kilogramnya. (Antara)