Tony Fernandes, Miliarder di Balik AirAsia

Suwarjono Suara.Com
Selasa, 30 Desember 2014 | 07:42 WIB
Tony Fernandes, Miliarder di Balik AirAsia
CEO AirAsia, Tony Fernandes di bandara Juanda, Surabaya, Senin (29/12/2014) (Reuters/Beawiharta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saat pertama kali mendirikan AirAsia, banyak yang memperkirakan maskapai ini akan bangkrut. Namun, Tony Fernandes  berhasil mendobrak mitos baru dunia penerbangan, yakni terbang dengan biaya murah.

Slogan dirinya yang sangat terkenal saat itu adalah” semua orang mampu naik pesawat”. Ia pun menjadi pengusaha penerbangan papan atas di Asia. 

Lahir di Kuala Lumpur 30 April 1964, lelakibernama lengkap Dato’ Anthony Francis Fernandes ini menyelesaikan kuliah di London School of Economics pada tahun 1987. Kesuksesan Fernandes ini tak lepas dari kegigihan dirinya yang banyak berguru di dunia musik dan penerbangan ke taipan Inggris Richard Branson, pemilik Virgin Records dan Virgin Airlines

Jejak sang mentor yang meniti karier dari jalur musik ke penerbangan ini diikuti Fernandes. Ia lalu kembali ke Malaysia pada usia 27 tahun dan menjadi direktur termuda di Warner Music Malaysia. Tak lama,   ia menjabat wakil presiden Warner Music Grup Asia Tenggara. Saat Warner bergabung dengan America Online, ia memilih keluar dan mulai  membangun maskapai penerbangan bertarif rendah.

Namun usaha mengejar impian tak mudah. Permohonan untuk mendapat perizinan ditolak pemerintah. Hingga suatu saat, ia berhasil bertemu Perdana Menteri Mahathir Muhammad pada tahun 2001 dan diberi kesempatan untuk mengambil alih maskapai AirAsia yang nyaris bangkrut dengan utang setumpuk.

Tony membeli saham AirAsia yang saat diambil alih hanya memiliki dua pesawat Boeing dan setumpuk utang. Namun, dengan pengalaman mengelola Virgin Airlines, ia menyiapkan branding baru dengan warna dan logo huruf baru.

Impian besar dia adalah booming terbang berbiaya murah yang berhasil mengubah peta penerbangan Eropa. Hanya dalam waktu singkat, armada berkembang pesat dan dalam satu dekade AirAsia mampu menerbangakan 30 juta penumpang pertahun. 

Usaha Fernandes akhirnya membuat AirAsia berhasil menancapkan dirinyadi Asia Tenggara. Hal ini tak lepas dari keberhasilan dirinya  melobi pemerintah untuk menerapkan 'persetujuan langit terbuka' di Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina.

Di Indonesia, ia membeli 49 saham maskapai Awair, sebuah maskapai berbiaya murah pada tahun 2004, kemudian melakukan re-branding sebagai AirAsia Indonesia pada tahun berikutnya.

Belakangan, diketahui sebagain saham AirAsia Indonesia dimiliki oleh Muhammad Reza, yang dikenal juga sebagai importir minyak untuk Pertamina.

Dengan sejumlah pesawat baru, Fernandes telah berbicara banyak di penerbangan Asia dengan membuka jalur baru ke Jepang dan India. Ia juga menghubungkan Asia dengan Eropa yang dimulai dengan penerbangan ke London. Kiprahnya makin berkibar di Inggris setelah membeli klub sepakbola Inggris QPR. 

Namun peristiwa tak terduga terjadi di pengujung tahun 2014 ini.

"Ini adalah mimpi saya lebih buruk," tulisnya di Twitter. "Tapi tidak ada kata berhenti. Untuk semua staf saya Airasia, agar menjadi kuat, terus menjadi yang terbaik. Berdoalah keras. Terus melakukan yang terbaik untuk semua tamu kami”, ungkapnya. (The Guardian)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI