Harga Minyak Dunia Naik, Didukung Data Ekonomi Positif AS

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 24 Desember 2014 | 07:17 WIB
Harga Minyak Dunia Naik, Didukung Data Ekonomi Positif AS
Ilustrasi harga minyak. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia naik pada Selasa (23/12/2014) waktu setempat atau Rabu (24/12/2014) waktu Indonesia, didukung produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat untuk kuartal ketiga yang keluar lebih kuat dari perkiraan.

Patokan AS, minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 1,86 dolar AS menjadi menetap di 57,12 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari naik 1,58 dolar AS, menjadi ditutup pada 61,69 dolar AS per barel.

Menurut perkiraan akhir yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada Selasa (23/12/2014) waktu setempat, PDB riil negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia (AS) meningkat pada tingkat tahunan sebesar lima persen pada kuartal ketiga tahun ini. Naik dari pertumbuhan 4,6 persen pada kuartal kedua dan menandai laju terkuat dalam lebih dari satu dekade. Angka terbaru datang jauh di atas ekspektasi para analis.

Selain itu, sektor konsumen AS terus membaik, dengan pendapatan pribadi maju 0,4 persen pada November dan pengeluaran pribadi tumbuh 0,6 persen, kata Departemen Perdagangan.

Ditambah lagi, angka akhir sentimen konsumen AS dari Thomson Reuters/University of Michigan untuk Desember keluar pada 93,6, tingkat terbaik secara final sejak Januari 2007.

Para pedagang berpikir ini berita ekonomi baik, merupakan sebuah tanda positif bagi permintaan minyak mentah.

Harga minyak jatuh ke tingkat terendah lima tahun pada minggu lalu, karena tidak ada tanda-tanda bahwa produsen akan mengurangi produksinya dalam menanggapi kemerosotan harga.

Ali Al-Naimi, Menteri Perminyakan Arab Saudi, mengatakan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan sulit untuk menyerahkan pangsa pasar mereka dengan memotong produksi minyak mentah. (Antara/Xinhua)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI