Selain periakan tangkap, juga dikembangan Perikanan Budi Daya terdiri dari budidaya Laut seluas 5,870 Ha dengan potensi produksi dapat mencapai 51.500 ton/tahun. Lalu, Budidaya Air Payau 35,455 Ha yakni Udang dan Bandeng dengan potensi produksi dapat mencapai 36.000 ton per tahun, Budi Daya Air Tawar, yakni Kolam 8,375 Ha.
Pada tahun 2013, produksi rumput laut di NTT sebanyak 1,3 juta ton basah atau setara dengan 600 ribu ton kering. Bila dikonversi ke rupiah, maka produksi rumput laut tersebut senilai Rp1,8 triliun.
Potensi rumput laut yang demikian besar ini, katanya, sangat memungkinkan dibangun pabrik pengolahan rumput laut langsung di NTT. Hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk pembuatan garam, Pemprov Jateng akan membantu teknologi pembuatan garam rakyat, dan bisa membuka akses pasar bagi garam rakyat yang dihasilkan petani garam di NTT," katanya.
Dia mengatakan potensi garam rakyat di NTT ada di semua kabupaten. Namun yang menjadi kendala selama ini adalah pemasaran karena produksi garam rakyat di NTT masih sebatas konsumsi lokal.
Bukan cuma itu, hasil penelitian yang dilakukan pihak yang dipercaya membuktikan bahwa Mbay di Kabupaten Nagekeo, dan Teluk Kupang di Kota Kupang serta Sulamu dan Tablolong di Kabupaten Kupang Nusa Teggara Timur menjadi lokasi terbaik dari sekian banyak lokasi yang sudah diteliti untuk pengembangan garam industri dan rumput laut di Indonesia.
Gubernur Ganjar Pranowo hadir di Kupang sejak Jumat (19/12) malam untuk penandatanganan kerja sama antara Jawa Tengah dengan NTT, di bidang Kelautan dan Perikanan bertepatan dengan peringatan HUT ke-56 NTT.
Penandatangan nota kesepahaman itu disaksikan Presiden Joko Widodo dan undangan yang hadir dalam acara tersebut. (Antara)