Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan akan mengalokasikan Rp1 triliun dari APBD setempat untuk mewujudkan kesepakatan kerja sama antara pemerintahannya dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur di bidang kelautan dan perikanan.
"Dana sebesar itu akan digunakan untuk membantu mengoptimalkan potensi perikanan yang dimiliki Nusa Tenggara Timur terutama budi daya rumput laut, perikanan tangkap dan pembuatan garam rakyat," katanya di Kupang, Sabtu, usai penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Jawa Tengah dengan NTT di bidang Perikanan dan Kelautan bertepatan dengan HUT ke-56 NTT, Sabtu (20/12/2014).
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan Pemprov Jateng telah melakukan survei awal dan memandang NTT memiliki potensi perikanan yang sangat besar untuk bahan baku produksi dan industri.
Demikian pula potensi rumput laut untuk budi daya dan sangat mendukung untuk dibangun pabrik pengolahan langsung di daerah ini.
Ia mengatakan ketersediaan bahan baku yang banyak menjadi prasyarat untuk kontinuitas pabrik pengolahan tersebut menjadi obyek incaran, bahkan telah ada komunikasi untuk kerja sama pengelolaan.
"Lumayan kalau potensi perikanan tangkap di daerah berbasiskan kepulauan itu terdiri dari potensi lestari 388,7 ton per tahun," katanya.
Misalnya, jumlah ikan yang mempunyai nilai ekonomis di wilayah Perairan NTT cukup besar, adalah Ikan Pelagis yakni Tuna, Cakalang, Tenggiri, Layang, Selar dan Kembung. Sementara Ikan Demersal antara lain Kerapu, Ekor Kuning, Kakap dan Bambangan serta komoditas lainnya ialah Lobster, Cumi-cumi dan Kerang Darah.
Bahkan sebelumnya (tahun 2013), perikanan tangkap berjumlah 104.827 ton, dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp1.074 triliun lebih.
Tahun 2014, katanya, jumlah perikanan tangkap 19.511 ton dengan nominal pendapatan Rp199 miliar.
"Dari jumlah tangkapan di atas, produk olahannya diekspor ke USA, Jepang, Thailand dan Timor Leste. Untuk mendukung produktifitas tangkapan nelayan, tahun 2013, diberikan sarana penangkapan ikan," katanya.