Rupiah Tembus Posisi Terendah Sejak Agustus 1998

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 16 Desember 2014 | 16:22 WIB
Rupiah Tembus Posisi Terendah Sejak Agustus 1998
Suasana gerai penukaran valuta asing di kawasan Kwitang Jakarta Pusat. (Suara.com/Oke Atmaja)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemunduran minyak mentah dunia telah mengirim pasar ekuitas global jatuh, mendorong yen menguat dan memukul pasar negara berkembang dengan rupiah Indonesia melemah ke terendah baru dalam 16 tahun terakhir pada Selasa, (16/12/2014).

Rupiah Indonesia merosot ke serendah 12.864 terhadap dolar, setelah jatuh pada Senin menjadi 12.713,5, terendah sejak Agustus 1998, selama krisis keuangan Asia.

Unit Indonesia diperdagangkan pada 12.772,00 terhadap dolar dalam perdagangan sore di Tokyo.

Seperti mata uang negara berkembang lainnya, rupiah telah terpukul oleh tanda-tanda pemulihan ekonomi Amerika yang telah menyebabkan ekspektasi Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya pada tahun depan, mendorong investor kembali ke pasar AS yang relatif aman. Bank sentral AS memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa.

Kurs dolar AS juga mencapai rekor baru terhadap rubel di perdagangan Asia, karena jatuhnya harga minyak dan ketegangan geopolitik mengempaskan ekonomi Rusia, sementara kekhawatiran tentang prospek global mendorong investor melarikan diri ke investasi yang aman.

Bank sentral Rusia pada Selasa pagi menaikkan suku bunga dari 10,5 persen menjadi 17 persen untuk menghentikan kemerosotan rubel, yang telah menjadi negara yang terpukul oleh kejatuhan harga minyak dan sanksi Barat untuk dukungan Moskow kepada separatis Ukraina. Di Asia pada Selasa sore dolar dibeli 60,27 rubel.

Rusia telah memperingatkan perekonomian bisa berkontraksi hampir lima persen pada tahun depan.

"Harga minyak terus merosot, dan itu sekarang mengkhawatirkan Rusia, yang pada dasarnya negara pengekspor minyak," Yoshihiro Okumura, manajer umum di Chibagin Asset Management, mengatakan kepada Dow Jones Newswires.(AFP/Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI