Suara.com - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/12/2014) dibuka melemah sebesar 36,17 poin atau 0,70 persen ke posisi 5.124,26 dipicu oleh tertekannya mata uang rupiah terhadap dolar AS, sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 8,94 poin (1,01 persen) ke level 879,07.
"Pergerakan bursa saham di BEI terkendala oleh depresiasi nilai tukar rupiah. Tekanan mata uang itu terjadi menyusul indikasi membaiknya ekonomi Amerika Serikat yang ditunjukkan dari kenaikan indikator penjualan ritel AS," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Senin.
Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (15/12/2014) pagi bergerak melemah sebesar 117 poin menjadi Rp12.584 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.467 per dolar AS.
Sebelumnya, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M Juhro, mengakui saat ini kurs rupiah sedang mengalami perlemahan, sejalan dengan sentimen global yang menekan hampir seluruh mata uang dunia negara berkembang. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan yang "prudent" sebagai antisipasinya.
"Selain memperbaiki kondisi ekonomi, kita harus membuat pasar lebih dalam, adanya 'financial deepening' sebagai bantalan, agar apabila terjadi 'outflow' kita tidak khawatir," ujar saat memberikan materi pelatihan wartawan di Surabaya, Minggu (14/12/2014).
Ia mengatakan Rupiah bisa menguat, jika kondisi fundamental ekonomi kuat, antara lain pertumbuhan ekonomi sehat dan defisit transaksi berjalan tidak terlalu bengkak. (Antara)