Suara.com - Berdasarkan data dari Kajian Stabilitas Keuangan yang diterbitkan Bank Indonesia, pengeluaran masyarakat Indonesia mayoritas digunakan untuk belanja atau konsumsi, yaitu 67,19 persen, kemudian sisanya digunakan untuk pembayaran cicilan utang (bunga dan pokok) sebesar 13,9 persen, dan 18,19 persen untuk tabungan serta kebutuhan lainnya.
Selain itu, menurut BI, porsi pengeluaran untuk pinjaman (Debt Service Ratio/DSR) masih rendah dari ketetapan 30 persen. Artinya, masih cukup besar peluang bagi perbankan untuk meningkatkan kredit kepada sektor rumah tangga.
Data tersebut mengindikasikan tingkat DSR berbanding lurus dengan tingkat pendapatan, yaitu semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran untuk pembayaran cicilan utang juga meningkat.
Data BI juga menyebutkan komposisi pengeluaran untuk konsumsi berbanding terbaik dengan tingkat pendapatan, yaitu semakin tinggi pendapatan, maka semakin rendah porsi pengeluaran untuk konsumsi.
Akan tetapi, bila dibagi per penghasilan, masyarakat dengan penghasilan rendah yaitu Rp1,22-2,45 juta per bulan dan Rp2,56-3,65 juta per bulan dianggap beresiko, dikarenakan tergolong kelompok DSR di bawah 30 persen.