Suara.com - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan perusahaan asal Korea Selatan, SK Energy, tertarik menjajaki kerja sama modernisasi lima kilang minyak Pertamina guna meningkatkan kapasitas produksi.
Kepada wartawan di Pesawat Kepresiden, Menko mengatakan bahwa hal itu menjadi salah satu topik yang dibicarakan antara Presiden Joko Widodo dan SK Energi di Busan, Korea Selatan, Jumat (12/12) siang sebelum bertolak menuju Tanah Air.
"SK itu adalah refiner (perusahaan pengilangan) yang besar di Korea dengan kapasitas 1,1 juta barel, datang kepada Pak Presiden mereka mengatakan, 'Pak kami akan datang ke Pertamina mohon dukungan'," katanya.
Sofyan Djalil mengatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Pertamina untuk menindaklanjuti pertemuan dengan SK Energy dengan Presiden tersebut.
"Intinya saya begitu pulang akan koordinasi dengan Pertamina," katanya.
Ia menambahkan bahwa modernisasi kilang minyak sangat dibutuhkan mengingat usia kilang minyak yang sudah tua. Kilang terbaru yang dimiliki Pertamina adalah kilang minyak Balongan, dibangun pada tahun 1986, sementara lainnya dibangun pada tahun 1970-an.
Akibat usia yang sudah tua, kata dia, kilang minyak tersebut tidak efisien karena teknologi yang digunakan juga sudah usang.
Menko mencontohkan kilang minyak di Indonesia masih menggunakan teknologi yang memiliki kapasitas "tracking" delapan. Hal ini membuat kilang minyak tersebut hanya mampu mengubah minyak "light sweet" (minyak dengan kualitas tertinggi).
Namun, lanjut dia, minyak mentah lainnya, seperti "heavy crude oil" tidak bisa dilakukan pengilangan. Selain itu, kapasitas produksi minyaknya juga masih rendah.
Dengan modernisasi lima kilang minyak tersebut, diharapkan mampu memproduksi BBM sebesar 1,5 juta barel per hari atau hampir setara dengan kebutuhan BBM di Indonesia yang mencapai sekitar 1,5--1.6 juta barel per hari.