Suara.com - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya berada pada kisaran 5,1 persen atau lebih rendah dari proyeksi dalam laporan sebelumnya sebesar 5,2 persen.
"Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat mengakibatkan turunnya harga sejumlah komoditas Indonesia, serta memperkecil hadirnya peluang baru," kata Ekonom Utama Bank Dunia Ndiame Diop dalam paparan mengenai Laporan Triwulan baru di Jakarta, Senin, (8/12/2014).
Menurut Ndiame, estimasi ini dapat berbalik arah apabila investasi melampaui harapan pada 2015. Namun, Bank Dunia memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak berbeda dengan situasi 2014, yaitu sebesar 5,2 persen.
"Konsumsi domestik masih menjadi penopang pertumbuhan, tapi apabila Indonesia memperkuat fondasi ekonomi dan memperkuat iklim investasi, maka laju pertumbuhan dapat lebih pesat. Namun, diproyeksikan pertumbuhan ekspor masih melemah," katanya.
Ndiame bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari 5,2 persen tahun depan, apabila pemerintahan baru fokus untuk melakukan pembenahan struktural serta investasi dalam pembangunan infrastruktur dasar maupun fisik.
"Proyeksi dapat lebih tinggi, apabila terjadi kondisi positif yaitu pemerintah berhasil melakukan reformasi struktural, dan investasi tumbuh sesuai harapan. Namun, situasi menjadi negatif apabila implementasi reformasi sangat terbatas dan penyerapan belanja modal lambat sehingga menghambat pertumbuhan," ujarnya.
Untuk tahun 2014, Ndiame menjelaskan perekonomian Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yaitu penyerapan belanja modal yang masih jauh dari harapan, serta penurunan defisit neraca transaksi berjalan.
Sampai akhir Oktober, realisasi belanja modal hanya sekitar 38 persen dari pagu dalam APBN, sedangkan defisit neraca transaksi berjalan tercatat baru mencapai 3,1 persen dari PDB pada akhir triwulan III-2014.
"Penurunan secara bertahap defisit transaksi berjalan diperkirakan terus berlangsung dan bisa mencapai angka 2,8 persen dari PDB pada 2015," kata Ndiame.
Ia menambahkan Indonesia saat ini mempunyai kesempatan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan, setelah memiliki ruang fiskal Rp100 triliun dari penyesuaian harga BBM bersubsidi, apalagi dana perlindungan sosial untuk sektor kesehatan selama ini relatif rendah dibandingkan negara lain.
"Pembelanjaan yang baik, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan program perlindungan sosial dapat mempercepat upaya pengentasan kemiskinan yang melambat. Tanpa dukungan ini, tingkat kemiskinan yang saat ini 11,3 persen, akan tetap berada di atas angka delapan persen pada 2018," ujar Ndiame.
Ndiame menambahkan, meskipun memberikan ruang fiskal untuk belanja infrastruktur dan perlindungan sosial, namun penyesuaian harga BBM dalam jangka pendek menyebabkan laju inflasi menjadi lebih tinggi dari proyeksi awal.
"Inflasi diperkirakan mencapai 7,5 persen pada 2015, dan akan menurun pesat sebelum akhir tahun, apabila tidak ada gejolak lainnya," kata Ndiame.
Secara keseluruhan, Bank Dunia optimistis, perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih baik, meskipun menghadapi tantangan perlambatan investasi maupun ekspor pada 2015, dan hasil dari upaya reformasi struktural belum bisa dinikmati dalam jangka pendek. (Antara)
Bank Dunia: Perekonomian Indonesia Bisa Tumbuh Lebih Baik
Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 08 Desember 2014 | 15:55 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
RI Perlu Lompatan Pertumbuhan Ekonomi Agar Keluar dari Jebakan 'Batman'
23 November 2024 | 16:53 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Bisnis | 17:05 WIB
Bisnis | 16:47 WIB
Bisnis | 16:38 WIB
Bisnis | 16:26 WIB
Bisnis | 15:57 WIB
Bisnis | 15:21 WIB