Suara.com - Jangan kaget ketika anda menemukan menu seperti ini: Godfather, Bandit, Preman, Gangster, Triad, Yakuza dan Brandal. Itulah nama menu yang ada di rumah makan Nasi Goreng Mafia. Menu di atas adalah menu nasi goreng yang semuanya pedas kecuali Bandit.
Nasi goreng mafia tengah jadi tren atau bahasa anak mudanya, happening. Nasi goreng yang dijual di rumah makan ini beda dengan nasi goreng yang dijual di tempat lain.
“Semua nasi goreng yang kami sediakan dimasak dengan menggunakan rempah. Itulah perbedaan nasi goreng mafia dengan nasi goreng lannya. Bahkan, salah satu menu kami yaitu Gangster dimasak dengan menggunakan 18 bumbu rempah,” kata Heriati Khoe, pemilik nasi goreng mafia di daerah Grogol dan Cempaka Putih, Jakarta.
Nasi goreng rempah mafia pertama kali berdiri di Bandung pada 13 Oktober 2013. Selang satu tahun kemudian, rumah makan nasi goreng mafia sudah mempunyai cabang di 22 kota di seluruh Indonesia.
Berapa modal awal yang dipakai Heriyati untuk membuka outlet rumah makan nasi goreng mafia miliknya di Grogol dan Cempaka Putih?
“Kalau modal itu rahasia, tapi anda bisa lihat saja, hanya dalam waktu satu tahun sudah ada 22 outlet, ini kan membuktikan bahwa nasi goreng memang menjadi makanan yang disukai masyarakat Indonesia. Karena itulah, ketika saya membuka outlet pertama di Grogol dan responnya positif maka satu bulan kemudian saya membuka outlet kedua di Cempaka Putih,” ujarnya.
Menurut Heriati, nasi goreng adalah makanan Indonesia nomor dua yang paling banyak digemari. Dia melansir hasil survei CNN Travel beberapa waktu lalu. Dalam survei tersebut, makanan Indonesia yang paling digemari adalah rendang dan setelah itu nasi goreng.
Harga nasi goreng mafia juga tidak terlalu memberatkan kantong. Mulai dari Rp12.500 per porsi hingga Rp20.000. Menu paling murah adalah nasi goreng bandit yang dibuat dengan racikan kunyit serta bumbu rempah rahasia dan menjadi satu-satunya menu nasi goreng yang tidak pedas.
Sedangkan menu yang paling mahal adalah nasi goreng Gangster yang dimasak dengan menggunakan 18 bumbu rempah rahasia. Campuran dari nasi goreng mafia juga bermacam-macam, ada yang dicampur dengan ebi dan cabang merah (Triad) lalu kikil dan cabai hijau (Yakuza) serta kemangi (Brandal).
Heriati menambahkan, respon pelanggan ketika pertama kali menyicipi nasi goreng mafia juga tidak mengecewakan. Karena sebagian besar yang datang adalah pecinta makanan pedas, maka mereka biasanya memesan nasi goreng dengan level yang tinggi.
“Jadi nasgor mafia itu ada levelnya, level pertama itu menggoda dengan lambang satu cabai. Kalau level ini tidak terlalu pedas. Ingin yang lebih pedas lagi bisa meningkat ke level berikutnya yaitu menyesakkan. Level ketiga merisaukan, level empat menyesalkan dan level lima mematikan,” jelasnya.
Bagi yang tidak suka pedas, bisa memesan level menyenangkan yang sama sekali tidak pedas. Kata Heriyati, sepanjang pengetahuannya, konsumen baru berani memesan hingga level empat dan belum ada yang memesan hingga level lima.
Ketatnya persaingan di bisnis kuliner ternyata tidak membuat Heriyati khawatir. “Nasi goreng itu banyak pecintanya, kadang ada pelangggan yang hampir tiap hari selalu datang ke sini untuk makan nasi goreng. Kalau bosan mereka bisa menyoba makanan lain tapi pasti pada akhirnya mereka akan kembali lagi,” tandasnya.
“Saya tidak bisa menyebut omset per hari tetapi seperti yang Mas lihat, rumah makan kami selalu penuh dengan pengunjung. Kami juga tidak merancang rumah makan dengan penataan yang mewah. Selain itu, pelanggan juga bisa melihat langsung cara pembuatan nasgor mafia karena dapur berada di bagian paling depan,” ungkapnya.
Heriati mengaku tidak menyiapkan dana untuk promosi dan hanya memanfaatkan media sosial seperti Twitter dan juga website. Nasi goreng mafia mempunyai akun Twitter @Nasgormafia dan website www.nasgormafia.com.
Tergoda untuk menyicipi pedasnya nasi goreng mafia?