Suara.com - Suzanne Subijanto – akrab dipanggil Susan - tidak menyangka akan kesulitan untuk mencari baju yang hendak dikenakannya ketika baru pulang dari Seattle, Amerika Serikat pada 2002 lalu. Hampir semua baju yang dijual di toko busana yang dikunjunginya di mal-mal ukurannya kecil, termasuk baju dengan ukuran paling besar yaitu XL.
“Tiap ke toko tidak ada ukuran, cari ke toko lain juga sama. Kalau pun ada ukuran XL tapi juga kecil bukan XL yang ‘normal’. Kalau pun ada baju yang pas di badan modelnya ‘emak-emak’ dan bukan model yang up to date,” katanya kepada suara.com, akhir pekan lalu.
Susan langsung muncul keinginan membuka toko busana untuk perempuan yang bertubuh besar. Kebetulan, sang ibu mempunyai toko di ITC Kuningan yang harus segera diisi agar tidak didenda. Toko itulah yang dijadikan cikal bakal outlet pertama My Size. Sebelum resmi membuka toko, Susan harus mencari supplier terlebih dahulu. Ternyata, tidak mudah untuk bisa mencari supplier untuk baju perempuan berukuran besar.
“Ketika awal-awal kita belum jahit sendiri jadi harus mencari supplier dulu, itu susah, karena mereka tidak punya meja potong untuk ukuran baju yang besar. Tapi lama-lama ada satu yang mau sampai akhirnya terus berlanjut,” jelasnya.
Susan (40 tahun) menggandeng sang adik Francisca Subijanto (39 tahun) untuk menjalankan toko My Size. Modal awal yang disiapkan mereka sekitar Rp50 juta. Nama My Size dipilih karena dianggap lebih mudah untuk diingat.
“Kalau kita pakai nama Xtra Large itu terlalu offensive itu perempuan bertubuh besar. Nama Jumbo juga begitu. Makanya diputuskan untuk memakai nama My Size, karena nama ini mudah diingat,” kata Sisca.
Saat toko pertama My Size sudah beroperasi di ITC Kuningan, Sisca dan Suzanne harus menerima kenyataan bahwa sulit untuk mencari konsumen yang berbelanja di tokonya itu. Susan juga sempat muncul rasa kekhawatiran terkait model baju yang dipajang di tokonya itu tidak sesuai dengan selera konsumen khususnya perempuan yang berukuran besar.
“Ketika itu mungkin jumlah perempuan yang berukuran besar tidak sebanyak seperti sekarang. Jadi ketika hari pertama ada satu pelanggan yang belanja, hari kedua ada dua konsumen dan begitu seterusnya. Terkadang ada perempuan yang merasa tersinggung ketika kami kasih brosur tentang baju-baju yang dijual di toko saya. Tetapi ada juga yang justru merasa senang ketika mereka memasuki toko kami. Ada yang mengucapkan terima kasih karena akhirnya ada toko yang menjual baju-baju dengan ukuran besar,” kenang Susan.
My Size memang bukan toko busana pertama yang menjual baju untuk perempuan berukuran besar. Pada 2003, aktris Dewi Hughes juga sudah lebih dulu membuka toko yang sama. Namun, hanya My Size yang bisa tetap bertahan ‘hidup.’ Seiring dengan perjalanan waktu, penjualan busana produksi My Size di ITC Kuningan terus meningkat.
Meski tidak menyiapkan dana khusus untuk promosi, Sisca mengungkapkan word of mouth atau promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh para konsumen justru sangat efektif. Ini yang membuat Sisca dan Suzanne memutuskan untuk membuka toko kedua di ITC Fatmawati pada pertengahan 2004.
“Saat itu kami berpikir kalau hanya punya satu toko maka stok busana yang bisa dipajang hanya sedikit. Akhirnya kami putuskan untuk buka toko kedua di ITC Fatmawati sehingga bisa lebih banyak lagi model baju yang bisa ditampilkan kepada konsumen,” ujar Susan.
Saat pertama kali membuka toko di ITC Kuningan, Sisca dan Suzanne belum mempunyai perancang khusus. Mereka biasanya melihat model dari internet atau ketika tengah jalan-jalan dan memberikan model itu kepada perancang untuk dibuatkan baju. Kini, mereka sudah menyewa perancang khusus untuk semua baju yang dijual di toko My Size.
Dalam menjalankan bisnisnya, Sisca dan Suzanne kerap menerima masukan dari para pelanggan setianya. Salah satu usulan dari pelanggan yang mereka penuhi adalah membuat produk busana ukuran besar untuk laki-laki. Pada 2009, My Size resmi menjual baju ukuran besar untuk laki-laki. Jadi, kaum lelaki yang mau mencari ukuran 2L hingga 8L bisa langsung mendatangi toko My Size yang kini sudah mempunyai 16 outlet di 9 kota di Indonesia.
Soal harga, Susan mengungkapkan tidak ada perbedaan antara harga busana ukuran 2L hingga 8L. Jadi, baju dengan motif tertentu dengan ukuran 2L dijual sama dengan baju yang sama untuk ukuran 8L.
“Ini biar perempuan yang bertubuh lebih besar tidak merasa mengalami diskriminasi. Kami membuat harga yang sama meski bahan yang diperlukan untuk 8L itu bisa dua kali lipat dibandingkan baju dengan ukuran 2L,” jelas Susan.
Semakin pesatnya perkembangan media sosial membuat Susan mulai aktif mempromosikan produk buatannya lewat Facebook, Twitter dan Instagram. Selain itu, My Size juga mempunyai laman sendiri yaitu www.mysizestore.com. Untuk memudahkan pelanggan mendapatkan produk My Size, bisa juga memesan secara online.
“Omset yang didapat dari penjualan online juga lumayan hampir sama dengan satu toko konvensional. Pelanggan yang memesan baju secara online tetapi ukurannya tidak cocok juga bisa menukarkan barang itu dengan produk yang sama tetapi ongkos pengiriman ditanggung oleh pembeli,” jelas Susan.
Harga baju yang dijual di My Size juga tidak terlalu memberatkan kantong, mulai dari Rp185 ribu hingga Rp450 ribu. Selama berkecimpung di bisnis baju berukuran besar, ada satu hal yang paling berkesan bagi Susan.
“Ketika awal-awal para pelanggan banyak yang tidak percaya diri karena tubuhnya yang besar. Tetapi, setelah memakai baju buatan My Size, mereka justru semakin percaya diri. Bahkan ada pelanggan yang minta dibuatkan baju yang agak seksi seperti sedikit terbuka di bagian dada. Ada juga yang sudah berani untuk pakai hot pants. Mereka juga sudah berani untuk memakai baju dengan warna yang terang dan tidak hanya hitam. Salah satu pelanggan kami juga ada yang sudah over confidence,” kata Susan sambil tertawa.
Setelah sukses membuka cabang di 9 toko, Sisca dan Suzanne masih punya satu keinginan lagi yaitu membuat produk My Size untuk anak-anak.
“Saya punya mimpi My Size dijual di satu gedung dengan tiga laintai di mana lantai pertama My Size perempuan di lantai dua My Size laki-laki dan di lantai tiga My Size anak-anak,” jelasnya.
Selama lebih dari satu dekade, My Size bukan hanya memanjakan perempuan bertubuh besar dengan busana yang modis, tetapi juga telah mampu memberikan kepercayaan diri.