Suara.com - Maskapai penerbangan Tigerair mencatat kerugian 182,4 juta dolar Singapura atau sekitar Rp1,8 triliun pada tahun fiskal kuartal kedua.
Tigerair yang mayoritas sahamnya dikuasai Singapoe Airlines mengatakan, kerugian besar itu terjadi karena kebijakan perusahaan untuk keluar dari Tigerair Australia sehingga harus mengeluarkan uang sewa sebesar 161 juta dolar Singapura.
Untuk menyeimbangkan neraca, Tigerair berencana untuk menjual saham dengan nilai 234 juta dolar Singapura. Saham yang akan dijual itu dihargai sebesar 0,20 dolar Singapura per lembar. Nilai itu lebih rendah dari harga sebenarnya di angka 0,33 per dolar Singapura.
Menjelang pengeluaran saham tersebut, Singapore Airlines juga akan mengkonversi modal mereka di perusahaan induk di Tigerair menjadi saham biasa. Konversi ini akan memperbesar saham Singapore Airlines di Tigerair dari 40 persen menjadi 55 persen sebelum dilakukan penawaran saham.
Sebelumnya, maskapai penerbangan Virgin mengumumkan telah mengambil alih Tigerair Australia setelah membeli 40 persen saham tersisa di perusahaan itu. Pada pertengahan 2013, Virgin sudah membeli 60 persen saham dengan total 35 juta dolar Australia atau sekitar Rp350 miliar.
Direktur Virgin, John Borgetti mengatakan, akuisisi Tigerair Australia ini akan membuat Virgin bisa menjalankan rute baru ke sejumlah negara serta memberikan peluang bisnis yang baru. (Channelnewsasia)