Lion Belum Rasakan Pengaruh Turunnya Harga Minyak Dunia

Kamis, 16 Oktober 2014 | 02:50 WIB
Lion Belum Rasakan Pengaruh Turunnya Harga Minyak Dunia
Ilustrasi pesawat Lion Air. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pihak Lion Group disebut belum merasakan pengaruh turunnya harga minyak dunia, yang seharusnya berdampak ke penurunan harga avtur pesawat yang mengambil porsi 35-40 persen dari biaya operasional.

"Kalau memang turun, akan membahagiakan perusahaan karena mengurangi biaya operasional. Tetapi perlu diingat, kalau pun harga turun, tetapi rupiah kita masih melemah, maka avtur secara rupiah akan relatif sama," ungkap Direktur Umum Air Group, Edward Sirait, dalam konferensi pers Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan perusahaan penyedia mesin pesawat CFM International, di Jakarta, Rabu (15/10/2014).

Edward mengatakan, dengan nilai tukar rupiah yang hingga Rabu (15/10) melemah, yakni Rp12.206 per dolar AS, tidak akan berdampak signifikan terhadap penurunan harga avtur. Dia menambahkan, dengan kurs rupiah tersebut, perusahaan masih harus mengeluarkan biaya impor avtur yang tidak jauh berbeda dengan kurs sebelumnya.

"Kalau kursnya masih Rp12.000 per dolar AS, tidak ada perubahan apa-apa," tukasnya.

Selain itu, lanjut Edward, penurunan harga minyak tersebut juga bergantung pada kebijakan PT Pertamina (Persero) Tbk yang menentukan besaran penurunan. Dia mengatakan bahwa sistem penetapan harga minyak oleh Pertamina setiap dua minggu atau satu bulan, sehingga cenderung menyulitkan perusahaan dalam menghitung biaya operasional.

"Sistem di kita itu periodik, tidak seperti di negara-negara lain yang menentukan harga minyak itu harian," katanya.

Untuk mengantisipasi ketidakstabilan harga minyak dunia tersebut, Edward belum memastikan apakah pihaknya akan melakukan penyeimbangan kurs (hedging) atau tidak.

"Hedging atau tidak, tetapi batas atas itu koridor kita. Kalau selama berada dalam koridor itu, kita masih bisa beroperasi dengan baik," ujarnya.

Edward pun menambahkan bahwa pihaknya akan mengacu pada sistem penentuan harga oleh Pertamina, untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan ke depannya.

"Selama dua minggu, kita bisa merencanakan sesuatu yang lain. Kita tidak perlu semaput menanggapi perubahan itu," tandasnya.

Diketahui, harga minyak dunia mengalami penurunan tajam hingga mencapai posisi terendah multi-tahun, karena tingginya pasokan dan permintaan global yang lemah. Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) masih mendekam di posisi terendah dua tahun, setelah jatuh 4,5 persen di perdagangan New York pada Selasa (14/10). [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI