Suara.com - Nilai tukar rupiah Senin (6/10/2014) sore, melemah 25 poin menjadi Rp12.202 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.177 per dolar AS. Analis Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, mengatakan melemahnya nilai rupiah disebabkan kombinasi sentimen negatif global dan dalam negeri, sehingga mendorong rupiah berada di dalam area negatif menembus level Rp12.200 per dolar AS.
"Pelemahan rupiah akibat sentimen global wajar seiring dengan pergerakan mayoritas mata uang 'emerging market' akibat data tren ekonomi AS yang positif sehingga ekspektasi pasar terhadap suku bunga AS dapat dinaikkan lebih cepat," ujarnya.
Tetapi untuk saat ini sentimen domestik lebih mendominasi seiring dengan masih panasnya suhu politik dalam negeri, menjelang perebutan kursi pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
"Sentimen terhadap politik diharapkan bersifat sementara sehingga rupiah kembali pulih dengan cepat dan tekanannya tidak terlalu dalam," ucapnya.
Kendati demikian, lanjut dia, Bank Indonesia cukup konsisten menjaga kestabilan mata uang domestik agar fluktuasinya stabil sehingga tekanan rupiah tidak tergerus lebih besar terhadap dolar AS.
Analis Riset Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy dalam kajiannya mengemukakan bahwa Bank Indonesia akan mampu meningkatkan posisi devisa pada akhir bulan September. Bank sentral telah menyerap valas senilai 3 miliar dolar AS pada 30 September 2014.
"Berdasarkan estimasi kami, 40 persen kenaikan tambahan cadangan valas dari awal tahun dikontribusi oleh penyerapan valas BI. Nilai tukar valas penting untuk meningkatkan ketahanan eksternal Indonesia untuk menghadapi risiko ketidakpastian domestik dan luar negeri ke depannya," psparnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin (6/10/2014) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.212 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.144 per dolar AS. (Antara)