“Memang mayoritas anak-anak, tetapi boneka bisa juga dibutuhkan oleh orang dewasa, misalnya untuk kado, atau untuk acara lamaran dan pernikahan. Biasanya kami membuat suvenir berupa boneka. Jadi, konsumennya luas mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” ungkapnya.
Dari sebuah toko kecil di Malang, Susan mulai melebarkan sayapnya. Toko boneka Isbon mulai punya cabang di sejumlah kota seperti Jakarta, Bali dan Bandung. Hingga kini, sudah ada 40 cabang toko Isbon di seluruh Indonesia. Cabang ke-41 akan dibuka di Bandung, bulan depan.
Ada yang unik dari boneka yang dijual di Istana Boneka yaitu mempunyai garansi seumur hidup. Ini dilakukan agar konsumen bisa tetap ‘memelihara’ boneka yang dibeli di Isbon bisa tetap bertahan lama.
“Jadi, semua yang membeli boneka di Isbon akan dapat sertifikat Lifetime Guarantee. Kalau untuk mengganti kacing yang copot atau mata yang hilang itu gratis, tetapi kalau untuk mengisi busa atau mencuci, maka akan chargenya. Servis ini kami berikan demi kepuasan pelanggan,” jelasnya.
Harga boneka di Isbon juga tidak terlalu mahal mulai dari Rp100 ribu hingga Rp350 ribu. Susan punya cerita yang menarik tentang keputusannya memproduksi boneka lisensi Disney dengan harga Rp100 ribu.
“Ketika itu pas hari Lebaran dan anak-anak di kota Malang ada yang datang ke toko Isbon sambil membawa uang angpau yang mereka terima. Wajah mereka sangat senang karena akan membeli boneka di toko Isbon. Ternyata, setelah dihitung, uang mereka tidak cukup. Ketika itu, kami memang belum memproduksi boneka ukuran kecil. Salah satu pegawai kami sampai berlinang air mata melihat wajah sedih anak-anak itu,” jelasnya.
Sejak itu, Susan memutuskan untuk memproduksi boneka denagn ukuran yang lebih kecil dan harga yang lebih murah. Selain itu, dia juga memutuskan untuk membuat program bagi-bagi boneka gratis kepada anak-anak. Setiap hari, ada lima boneka asli yang dibagikan gratis. Caranya, anak-anak itu cukup menyampaikan keinginan mereka untuk memiliki boneka apa lewat Twitter.
“Nanti tim sosmed kami yang akan pilih pemenangnya. Biasanya, yang kami pilih anak-anak dari daerah yang tidak ada toko Isbonnya dan yang ada JNE-nya tentu biar pengirimannya mudah. Mereka cukup mengatakan, saya ingin boneka Winnie the Pooh,” jelasnya.
Kata Susan, melihat raut wajah anak-anak yang senang ketika bisa mendapatkan boneka dari Isbon merupakan sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang. Kebahagian, itulah prinsip yang diterapkan Susan dalam menjalankan toko Istana Boneka.
“Happy oriented, bukan money oriented. Meski bukan perusahaan terbuka, karyawan Isbon boleh menanam saham di perusahaan ini. Jadi, karyawan bukan sebagai buruh tetapi sebagai pemilik yang bersama-sama membesarkan toko Isbon,” ungkapnya.