Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin menjauh dari level 5.200. Pada penutupan perdagangan, Kamis (2/10/2014), IHSG melemah 140,10 poin dan terjun bebas ke posisi 5.000,80. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 27,95 poin (3,32 persen) ke posisi 842,85.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa tekanan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri, kembali membuat pemodal asing melakukan aksi lepas saham.
"Panasnya suhu politik di dalam negeri, sebenarnya tidak terlalu mengganggu pergerakan IHSG BEI. Akan tetapi, kondisi itu berlangsung bersamaan dengan bursa regional yang tertekan sehingga pengaruhnya cukup besar," katanya.
Dalam data perdagangan saham di BEI pada Kamis (2/10), tercatat pelaku pasar asing membukukan jual bersih (nett sell) sebesar RpRp1,487 triliun.
Kendati demikian, menurut Satrio Utomo, IHSG yang sudah memasuki level batas bawah itu sebenarnya menarik untuk kembali melakukan akumulasi. Meskipun demikian, pemodal sebaiknya tetap berhati-hati mengingat kondisi bursa ekesternal yang belum kondusif.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai bahwa tekanan indeks BEI belum terlalu mengkhawatirkan, untuk jangka panjang IHSG masih dalam pola tren penguatan.
"Untuk perdagangan akhir pekan besok (Jumat, 2/10/2014), potensi penguatan secara teknikal terlihat cukup kuat," katanya.
Tercatat transaksi perdagangan saham di BEI sebanyak 285.434 kali dengan volume mencapai 3,93 miliar lembar saham senilai Rp6,03 triliun. Tercatat, efek yang mengalami penguatan sebanyak 45 saham, turun sebanyak 316 saham, dan tidak bergerak nilainya atau stagnan 56 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa KOSPI melemah 15,38 poin (0,77 persen) ke 1.976,16, indeks Nikkei turun 420,26 poin (2,61 persen) ke 15.661,99 dan Straits Times melemah 35,38 poin (1,08 persen) ke posisi 3.228,71. (Antara)