Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan, Selasa (30/9/2014) ditutup melemah. Penurunan IHSG terjadi karena sentimen defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan "window dressing".
IHSG BEI turun 4,43 poin atau 0,09 persen ke posisi 5.137,57. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 1,77 poin (0,20 persen) ke posisi 873,07.
"IHSG BEI bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah di tengah sentimen defisit APBN dan 'window dressing' dari dalam negeri," kata Analis HD Capital Yuganur Wijanarko.
Ia mengemukakan bahwa sebagian pelaku pasar saham masih mengambil posisi jual akibat sentimen negatif dari potensi defisit pada APBN 2015 yang besar bila harga bahan bakar minyak (BBM) tidak segara dinaikan dalam tiga bulan ke depan.
Di sisi lain, lanjut dia, fenomena "window dressing" mendorong beberapa perusahaan pengelola dana mulai menata posisi portofolionya menjelang akhir tahun sehingga menahan tekanan pada IHSG BEI.
"Window dressing" merupakan suatu fenomena di pasar modal, yang umumnya harga saham akan meningkat, seiring spekulasi kinerja emiten lebih baik, serta positifnya data-data ekonomi menjelang akhir tahun.
Tercatat transaksi perdagangan saham di BEI sebanyak 265.185 kali dengan volume mencapai 3,86 miliar lembar saham senilai Rp5,02 triliun. Tercatat, efek yang mengalami penguatan sebanyak 161 saham, turun sebanyak 161 saham, dan tidak bergerak nilainya atau stagnan 93 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 296,23 poin (1,28 persen) ke 22.932,98, indeks Nikkei turun 137,12 poin (0,84 persen) ke 16.173,52 dan Straits Times melemah 17,43 poin (0,53 persen) ke posisi 3.272,29. (Antara)