Suara.com - Anda pernah dengar keramik dengan merek Arwana? Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Arwana kini adalah keramik nomor satu buatan Indonesia. Kualitas keramik ini tidak kalah dengan keramik buata luar seperti Toto atau Essenza.
Orang di balik sukses keramik Arwana adalah Tandean Rustandy. Lelaki kelahiran Pontianak ini berhasil mentransformasi Arwana dari perusahaan kecil menjadi perusahaan bergengsi yang mempunyai nilai perusahaan lebih dari Rp3 triliun.
Dalam acara Investor Summit and Capital Market Expo 2014, Tandean membagi cerita suksesnya saat pertama kali mendirikan perusahaan Arwana.
“Saya ini kere ketika kecil, orang tua saya bukan dari kalangan yang mampu. Saya beruntung bisa bersekolah di luar negeri ketika SMA. Saya harus bekerja agar bisa bertahan hidup di Amerika. Setelah lulus kuliah, saya kembali ke Jakarta. Tiga tahun bisnis kayu, baru pada 1993 saya memutuskan untuk membuat keramik. Ini karena teman saya yang jualan keramik di kawasan Percetakan Negara,” ujarnya.
Tandean meminjam uang dari Bank BNI untuk memulai usahanya. Jumlahnya sekitar Rp15 miliar untuk membangun pabrik keramik di Tangerang. Baru pada 1995, pabrik keramiknya itu mulai beroperasi. Konsumen yang jadi sasarannya adalah kalangan kelas menengah ke bawah.
“Saya masih ingat, ketika pertama kali produksi, produk kami hanya dijual di kawasan pinggiran. Tetapi saya tidak patah semangat. Justru hal itu membawa keberuntungan bagi kami. Keramik buatan Arwana berhasil diterima di kalangan menengah ke bawah,” jelasnya.
Ketika krisis moneter dan ekonomi melanda Indonesia pada 1998, Arwana masih tetap bisa bertahan. Tandean harus berpikir keras cara untuk bisa mempertahankan bisnisnya di tengah situasi sulit. Dia juga tidak mau mem-PHK karyawannya. Itu sudah menjadi prinsipnya sejak awal mendirikan Arwana yaitu tidak akan memberhentikan karyawan.
Dia pun melobi sejumlah kreditor agar mau menangguhkan pembayaran utang yang jatuh tempo. Lobinya berhasil dan Arwana selamat dari dampak krisis moneter. Tiga tahun setelah krisis moneter, Tandean membuat langkah besar yaitu mendaftarkan Arwana ke bursa efek untuk menjadi perusahaan terbuka.
“Saya sempat dicemooh, perusahaan kecil kok masuk ke pasar modal, mana ada yang mau beli sahamnya. Tetapi saya abaikan itu semua. Tujuan utama saya masuk ke bursa saham bukan untuk mengeruk dana tetapi untuk menerapkan good governance,” ujarnya.
Pada 2001, harga saham Arwana masih sekitar Rp300 per lembar. Kini, harganya sudah naik lebih dari tiga kali lipat. Rahasia sukses Arwana, kata Tandean adalah good governance. Meski merupakan pendiri, Tandean tidak pernah menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.