Suara.com - Meski sudah menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar Rp1.500 per kilogram (Kg) atau Rp18 ribu per tabungnya, PT Pertamina (Persero) menyatakan masih mengalami kerugian.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, kerugian yang ditanggung Pertamina masih mencapai Rp5,7 triliun, walaupun harga elpiji non subsidi 12 kg tersebut mengalami kenaikan.
"Kerugian ini masih melebihi proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp5,7 triliun yang dipatok pada asumsi CP Aramco sebesar 833 dolar Amerika per metric ton dan kurs Rp10.500 per dolar Amerika ," kata Hanung di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (10/9/2014).
Hanung mengungkapkan, meski memgalami kerugian, kenaikan harga tersebut dapat menekan kerugian bisnis Elpiji 12 kg pada tahun 2014 sebesar Rp452 miliar dari prognosa semula Rp6,1 triliun.
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg mulai Rabu (10/9/2014) pukul 00.00 waktu setempat.
Hanung Budya mengatakan kenaikan harga dilakukan untuk menekan kerugian bisnis elpiji tersebut.
“Terhitung sejak hari Rabu ini tanggal 10 September 2014 pukul 00.00, harga elpiji 12 kg naik Rp1.500 per kg atau Rp18.000 per tabung 12 kg,” katanya.
Menurut dia, kenaikan harga elpiji 12 kg di tingkat konsumen akan berkisar Rp21.000-Rp22.000 per tabung karena ditambah ongkos transportasi dan marjin pengecer. Saat ini, harga elpiji 12 kg di konsumen sekitar Rp100.000 per tabung.