Martine Rothblatt, Transgender yang Menjadi CEO Perempuan Termahal

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 08 September 2014 | 14:57 WIB
Martine Rothblatt, Transgender yang Menjadi CEO Perempuan Termahal
Martin Rothblatt (kiri). (www.sexualfreedomsummit.org)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hanya 5 persen perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 500 yang dipimpin oleh perempuan. Bukan itu saja, gaji yang diterima Chief Executive Officer (CEO) perempuan juga masih kalah jauh dibandingkan CEO laki-laki.

Dalam daftar 200 CEO dengan bayaran termahal di Amerika, hanya ada 11 perempuan yang masuk dalam daftar dengan bayaran rata-rata 1,6 juta dolar Amerika. Sejumlah perempuan ternama yang masuk di daftar itu antara lain Marissa Mayer (CEO Yahoo) yang berada di nomor 34 dengan pendapatan 25 juta dolar Amerika dan Meg Whitman (CEO Hewlett Packard) di posisi 95 dengan pendapatan 17 juta dolar Amerika.

Namun, CEO perempuan dengan bayaran termahal adalah seseorang yang tidak terlalu dikenal oleh publik. Dia adalah Martine Rothblatt (59 tahun) CEO United Therapeutics. Martine mulai meraih kejayaan ketika mendirikan Sirius Radio. Yang membedakan Martine dengan CEO perempuan lainnya adalah, dia terlahir sebagai seorang laki-laki.

“Rasanya seperti menang loterai,” kata Martine ketika tahu namanya menajdi CEO perempuan dengan bayaran termahal di Amerika. Tahun lalu, Martine menerima pemasukan 38 juta dolar Amerika.

“Saya tidak bisa mengklaim apa yang saya raih sama dengan apa yang diraih perempuan lain. Karena, hampir separuh dari hidup saya, saya adalah laki-laki,” ujarnya.

Penampilan Martine memang beda dengan CEO perempuan lainnya. Dia tidak menggunakan rias muka, perhiasan dan lebih senang memakai celana jeans dan t-shirt. Martin adalah seorang transgender super yang membuatnya sebagai spesies langka dalam rimba perusahaan dibandingkan CEO perempuan.

Dia masih menikah dengan perempuan yang dinikahinya 33 tahun lalu yaitu Bina Aspen. Bersama-sama, mereka membesarkan empat orang anak. Meski sudah melakukan operasi kelamin dan berubah dari seorang laki-laki menjadi perempuan, Martin tetap dipanggil ayah oleh anak-anaknya. Pada 1995, tidak lama setelah melakukan transisi, Martne mempublikasikan buka The Apartheid of Sex, yang bercerita tentang kategori gendernya.

“Ada 5 miliar orang di dunia dan lima miliar identitias seksual yang unik. Pembedaan seseorang berdasarkan gender seksualnya sangat tidak relevan dan sama seperti membandingkan orang karena warna kulitnya,” katanya.

Martine mulai meraih sukses ketika membuat obat untuk putrinya yang mengalami primary pulmonary hypertension. Martine tidak mau menyebut dirinya sebagai transgender tetapi transhumanis. Ketika tidak menjalankan tugasnya sebagai CEO perusahaan dengan nilai 5 miliar dolar Amerika, Martine melakukan hobinya yaitu mengendarai helikopter di Pantai Timur. (NYMags)

REKOMENDASI

TERKINI