Suara.com - Kemiskinan tetap akan menjadi salah satu momok yang paling berat untuk diselesaikan oleh pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden dan Wapres terpilih periode 2014-2019 Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, dirinya berharap kemiskinan bisa berkurang menjadi 9-10% tahun ini. Akan tetapi berdasarkan data BPS sampai Maret 2014, angka kemiskinan masih tinggi sebesar 11,25%.
"Dalam 2-3 tahun terakhir sulit sekali menurunkan kemiskinan dengan target 9-10%, tapi sampai Maret 11,25%," ungkapnya dalam rapat dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Terkait permasalahan tersebut, Suryamin mengungkapkan, ada karateristik kesenjangan dalam kemiskinan yang harus dicermati terutama perbedaan kemiskinan antardaerah. Misalnya DKI Jakarta yang angka kemiskinannya 3,9% hingga Papua yang mencapai 30,05%.
"Kesenjangan kemiskinan antarprovinsi sangat tinggi. Begitu juga kota dengan desa," ungkapnya.
Dia menuturkan, berdasarkan data BPS, angka kemiskinan masih terpusat di sektor pertanian, dengan angka yang mencapai 80%, untuk petani dan buruh tani. Sedangkan dari sisi kondisi sosial, penduduk miskin cenderung berjumlah 5 orang dalam satu rumah tangga, dengan umurnya rata-rata 49, dan berpendidikan rendah di mana 78,9% hanya tamatan SD.
"Adapun ciri-ciri lain dari kemiskinan berdasarkan kondisi rumahnya tidak ada listrik, toilet, dan mempunyai ruang rumah yang sempit," tuturnya.