Suara.com - Perusahaan jasa pengembangan karyawan Benefit One mengklaim layanannya Sistem Poin Insentif (Incentive Points System) dapat mencegah berpindah atau keluarnya karyawan dari perusahaan.
"Melalui sistem ini, kami berupaya membantu perusahaan klien kami agar karyawannya tetap bersemangat dengan penghargaan lewat Incentive Points System. Sistematikanya adalah perusahaan memberi insentif dari poin kinerja yang bisa ditukar dengan aneka barang," kata Direktur PT Benefit One Indonesia Matsukusa di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pengunduran diri karyawan di Tanah Air cukup tinggi. Maka dari itu, pihaknya melihat Indonesia memiliki pangsa untuk digarap.
Incentive Points System merupakan layanan untuk perusahaan yang ingin meningkatkan motivasi para pekerja.
"Melalui sistem ini, perusahaan dapat mengevaluasi pekerjaan secara perorangan yang kemudian dikonversikan dalam bentuk poin. Poin tersebut dapat diakumulasikan dan ditukarkan dengan aneka produk, termasuk perangkat canggih dan tiket liburan. Total ada dua ribu item yang tersedia di layanan kami," katanya.
Sementara itu, Presiden Direktur Benefit One Norio Shiraishi mengatakan layanan insentif produk dari perusahaannya berbentuk "e-commerce" itu dapat diakses lewat laman yang telah disediakan.
"Maka dari itu, karyawan seperti dalam permainan untuk mengumpulkan poin dari kinerjanya. Poin yang didapatnya bisa ditukar dengan hadiah apapun di situs kami selama poin yang dimilikinya cukup," kata dia.
Menurut Shirashi, perilaku karyawan di Indonesia dan Jepang hampir memiliki karakter yang sama terkait perpindahan atau keluarnya karyawan dari perusahaan.
"Ada kesamaan di Indonesia dan Jepang dalam perilaku karyawan yaitu kemungkinan perpindahan atau keluarnya karyawan. Untuk itu, sistem insentif ini bisa efektif dalam memengaruhi betah tidaknya seorang karyawan di suatu perusahaan. Menurut pengalaman kami, insentif yang sekadar berbentuk uang kurang efektif dalam mencegah 'turn over' karyawan. Justru insentif yang efektif itu dengan aneka produk yang mereka inginkan," ujarnya.
"Di Jepang sendiri kami sudah memiliki 100 perusahaan klien dengan 500 ribu orang pengguna layanan seperti P&G, Lawson, Mc Donald, Haagen-Dazs, Novartis serta Abbott," katanya.