Enam Bulan, Laba PT Gudang Garam Mencapai Rp32,7 Triliun

Doddy Rosadi Suara.Com
Kamis, 21 Agustus 2014 | 13:27 WIB
Enam Bulan, Laba PT Gudang Garam Mencapai Rp32,7 Triliun
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Volume penjualan produk sigaret kretek tangan (SKT) PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan 27 persen seiring dengan penurunan volume penjualan industri untuk kategori SKT sebesar 21 persen.

"Secara persentase dari seluruh volume penjualan perseroan, segmen SKT turun dari kisaran 12 persen pada akhir tahun 2013 menjadi 10 persen pada semester pertama tahun 2014," kata Direktur Gudang Garam Heru Budiman, pada Paparan Publik di sela "Investor Summit and Capital Market Expo 2014" di Surabaya, (21/8/2014).

Penurunan penjualan SKT, jelas dia, juga dipicu konsumen di kategori tersebut tidak berkembang selama ini. Karena  itu, PT Gudang Garam berencana mengeluarkan produk SKT baru.

"Varian baru yang kami jual mendatang di level lebih tinggi dibandingkan Gudang Garam Merah," ucapnya.

Mengenai pendapatan perseroan, tambah dia, mencapai sebesar Rp32,7 triliun pada akhir semester I/2014. Angka tersebut meningkat 22,6 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu.

"Untuk kategori sigaret kretek mesin (SKM) full flavor yang merupakan 75 persen dari total volume penjualan perseroan maka volume penjualan merk Gudang Garam naik sebesar 10 persen. Sementara, volume penjualan industri rokok mengalami penurunan sebesar dua persen," paparnya.

Di sisi lain, kata dia, untuk kategori SKM light/mild yang merupakan 15 persen dari total volume penjualan perseroan justru volume penjualan produk Gudang Garam naik 37 persen.

"Padahal, volume penjualan industri di kategori tersebut turun enam persen," ucapnya.

Mengenai kinerja ekspornya, ulas dia, sampai sekarang Malaysia masih menjadi tujuan ekspor utama. Dari keseluruhan produksi Gudang Garam, pasar ekspor memberikan kontribusi antara empat hingga enam persen.

"Pencapaian ekspor paling besar terlihat di Malaysia, Timur Tengah, dan Jepang. Permintaan di Malaysia, kemungkinan karena tenaga kerja Indonesia di sana banyak," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI