Suara.com - Karen Agustiawan sepertinya sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang penakluk di PT Pertamina. Pada 2008, dia diangkat sebagai Direktur Hulu PT Pertamina. Jabatan Direktur Hulu yang bertugas untuk mengawasi eksplorasi minyak selama ini dikuasai oleh laki-laki. Belum ada seorang perempuan pun yang dipercaya untuk memegang jabatan yang “macho” itu hingga muncul nama Karen Agustiawan.
Perempuan kelahiran 19 Oktober 1958 itu hanya satu tahun memegang jabatan sebagai Direktur Hulu. Dia mendapatkan promosi untuk menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina menggantikan Ari H. Soemarno.
Untuk kali pertama, PT Pertamina yang merupakan BUMN minyak terbesar di Indonesia dipimpin oleh seorang perempuan. Karen Agustiawan mematahkan tradisi di perusahaan minyak itu bahwa seorang perempuan pun bisa menjadi pemimpin.
Karen merupakan sosok yang tenang dan selalu menata semua kalimat yang keluar dari mulutnya. Inilah yang membuat jurnalis yang meliput di sektor pertambangan menganggap Karen sebagai narasumber yang pelit “ngomong.”
“Saya tahu harapan besar publik kepada saya sebagai Dirut Pertamina. Pertamina ini berbeda, sangat kompleks karena mempunyai peranan sangat penting bagi Indonesia. Ini yang memotivasi saya untuk bekerja lebih baik,” ujarnya ketika itu.
Sebagai seorang perempuan di posisi tertinggi di Pertamina, apakah Karena merasa rekan kerja laki-lakinya melakukan diskriminasi?
“Saya tidak tahu, mungkin prasangka itu ada tetapi saya tidak menyadarinya. Saya terlalu tertarik dengan pekerjaan saya sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan pendapat orang lain tentang saya,” jelasnya.
Ketika diangkat menjadi Dirut Pertamina, Karen langsung menyampaikan enam program kerja antara lain semua program mengedepankan aspek efektif, efisien dan keselamatan operasi serta mempertahankan momentum perubahan, bersikap terbuka, jujur, berani, dan profesional.
Di bawah tangan dingin Karen, Pertamina berubah dari BUMN yang merugi menjadi BUMN yang menguntungkan. Pada 2009, laba Pertamina hanya 1,55 miliar dolar Amerika. Satu tahun menjadi Dirut, Karen meningkatkan laba Pertamina menjadi 1,8 miliar dolar Amerika dan 2,4 miliar dolar Amerika pada 2011.
Pada 2012, laba Pertamina kembali naik menjadi 2,7 miliar dolar Amerika dan menembus posisi tertinggi 3 miliar dolar Amerika pada 2013. Di tengah kecenderungan penurunan produksi minyak nasional, produksi migas Pertamina tahun 2013 justru meningkat menjadi 465.220 boepd jika dibandingkan dengan capaian 2012 sebesar 461.630 boepd.
Sukses memimpin Pertamina membuat Karen masuk dalam daftar Asia's 50 Power Businesswomen" yang disusun majalah Forbes. Bukan itu saja, Karen juga membawa Pertamina menembus posisi 122 dalam daftar 500 perusahaan terbaik dunia yang disusun dalam daftar Fortune Global 2013. Prestasi itu berhasil dipertahankan pada tahun berikutnya.
Karena Agustiawan sudah mengajukan pengunduran diri kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan setelah malang melintang selama 6,5 tahun di Pertamina. Perempuan bertangan dingin itu akan meninggalkan Pertamina dalam kondisi keuangan terbaik di sepanjang sejarah BUMN itu.
Karen dikabarkan mendapat tawaran kerja dari dua institusi internasional yang salah satunya adalah Harvard University. Sukses di Pertamina, Karen akan selalu dikenang sebagai perempuan dan Dirut pertama yang membawa BUMN minyak itu masuk dalam daftar Fortune Global 500. (Dari berbagai sumber)