Inilah Prestasi SBY Selama 10 Tahun Menjadi Presiden

Doddy Rosadi Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2014 | 16:44 WIB
Inilah Prestasi SBY Selama 10 Tahun Menjadi Presiden
Presiden SBY. [Rumgapres/Abror]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan beberapa perkembangan positif yang dicapai bangsa Indonesia dalam satu dekade terakhir. Hal itu dilontarkan SBY dalam pidato nota keuangan dan RAPBN 2015 di Gedung DPR RI, Jumat (15/8/2014).

Pertama, kata SBY, Indonesia dapat menjaga stabilitas dan kondisi makro-ekonomi yang relatif baik, meski terus diterpa cobaan, apakah itu dalam bentuk bencana alam maupun krisis moneter global utamanya pada tahun 2008.

Kedua, Indonesia terus mencetak pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Pada periode tahun 2009-2013, secara rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,9 persen.

“Ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada kurun waktu yang sama,” kata SBY, seperti dilansir dari laman Setkab.go.id, Jumat (15/8/2014).

Sementara di semester pertama tahun 2014 ini, menurut SBY, ekonomi Indonesia mengalami perlambatan menjadi sekitar 5,2 persen. Meski demikian, di antara negara-negara G-20, Indonesia  tetap menempati posisi pertumbuhan tertinggi setelah Cina.

SBY menegaskan, kemampuan kita untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi sangat penting, mengingat dewasa ini cukup banyak negara-negara emerging ekonomi lainnya yang pertumbuhan ekonominya menurun, bahkan sebagian menurun cukup tajam.

Ketiga, utang negara juga telah berada dalam situasi yang jauh lebih aman. Ia menyebutkan, di puncak krisis moneter tahun 1998, rasio utang Indonesia terhadap PDB adalah 85 persen, yang artinya utang Indonesia hampir sama besarnya dengan penghasilan bangsa.

Dengan susah payah, kata SBY, akhirnya Indonesia berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB kita menjadi sekitar 23 persen.

“Sekali lagi, ini bukanlah capaian yang boleh diabaikan. Mari kita bandingkan dengan rasio utang terhadap PDB negara-negara maju yang terus tinggi, Jepang 227,2 persen, Amerika Serikat 101,5 persen, atau Jerman 78,4 persen. Dalam hal ini, rasio utang terhadap PDB Indonesia adalah yang terendah diantara negara-negara G-20,” jelas SBY.

SBY menyebutkan, Indonesia juga telah melunasi utang kepada IMF dan melakukannya 4 tahun lebih awal dari jadwal yang telah disepakati.

“Indonesia tidak lagi menjadi pasien IMF, yang semua kebijakan dan perencanaan ekonominya harus didikte oleh IMF,” tegasnya.

Keempat, Indonesia juga telah berhasil mencetak sejumlah prestasi ekonomi. Anggaran pembangunan kini mencapai Rp1.842,5 triliun, tertinggi dalam sejarah Indonesia. Sementara cadangan devisa Indonesia saat ini telah mencapai 110,5 miliar dollar Amerika, setelah sebelumnya pernah mencapai 124,6 miliar dolar Amerika yang juga tertinggi dalam sejarah.

Adapun volume perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir mencapai sekitar 400 miliar dollar Amerika, tertinggi dalam sejarah. Nilai investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp2.296,6 triliun, juga tertinggi dalam sejarah.

Sementara itu, dalam waktu 9 tahun, pendapatan per kapita rakyat Indonesia meningkat hampir tiga setengah kali lipat dari sekitar Rp10,5 juta tahun 2004 menjadi sekitar Rp36,6 juta pada tahun 2013.

“Kita juga patut bersyukur karena faktanya, di tengah gejolak dan krisis ekonomi global yang sering terjadi, tidak banyak bangsa di dunia yang bisa melakukan hal ini,” sebut SBY.

Kelima, Indonesia telah menjadi anggota G-20. Ini menandakan bahwa posisi Indonesia dalam peta ekonomi dunia sudah jauh berubah.  Ia menyebutkan, G-20 di abad ke-21 telah menjadi forum utama untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional.  Dalam forum itu, kini Indonesia  berdiri sejajar dan duduk setara dengan negara-negara maju dan ekonomi besar lainnya.

“Pendek kata, Indonesia telah menjadi salah satu pemain inti dalam ekonomi internasional.  Kita tidak punya alasan menjadi bangsa yang rendah diri, yang gemar menyalahkan dunia atas segala per-masalahan yang terjadi.  Kita harus meyakini bahwa Indonesia di abad ke-21 adalah bagian dari solusi dunia,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI