Suara.com - Perusahaan dengan kondisi keuangan terbaik biasanya mempunyai jumlah karyawan perempuan dalam jumlah yang banyak di struktur kepemimpinan. Studi tersebut dilakukan oleh perusahaan sumber daya manusia DI bersama dengan lembaga non profit The Conference Board.
Dari 20 persen perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan paling baik, 27 persen dipimpin oleh perempuan. Studi yang dilakukan oleh DDI itu fokus kepada kepemimpinan perempuan dalam struktur organisasi mulai dari bawah hingga ke penyelia produksi dan juga tim manufaktur.
Studi itu dilakukan kepada 13 ribu pemimpin dan juga 1.500 pejabat eksekutif di 2.000 organisasi di 48 negara. Secara keseluruhan, jumlah perempuan yang menjadi pemimpin hanya 28 persen. Wakil Presiden DDI, Rich Wellins mengatakan, dia dan timnya memutuskan melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri di perusahaan yang sukses dipimpin oleh perempuan.
12 persen pemimpin laki-laki memberika jawaban terkait tingkat kepercayaan diri dan 9 persen perempuan perempuan juga melakukan hal yang sama. “Apabila kita mengasumsikan bahwa laki-laki dan perempuan punya kemampuan yang sama untuk menjadi pemimpin, lalu muncul pertanyaan kenapa kaum laki-laki selalu berpikir mereka lebih baik daripada perempuan,” ujarnya.
Salah satu alasan yang muncul adalah, pemimpin laki-laki lebih sering menerima tugas internasional dibandingkan perempuan. Ini yang membuat kepercayaan diri pemimpin laki-laki lebih besar dalam menghadapi situasi yang menantang.
Studi itu juga mengungkapkan, 35 persen pemimpin laki-laki berhasil menyelesaikan satu tugas internasional sedangkan perempuan hanya 28 persen. “Sukses membuat anda merasa sudah berhasil. Semakin banyak pengalaman yang anda raih maka semakin besar kepercayaan diri anda,” kata Wellins.
Menurut dia, salah satu alasan pemimpin perempuan tidak mau mengambil tugas internasional adalah karena tidak ingin mengganggu keluarga dan juga tidak ingin pindah ke lingkungan yang lebih sexist. Faktor lain yang membuat pemimpin perempuan jarang menerima tugas internasional adalah diskriminasi. (Forbes)