Suara.com - Sebuah studi yang dilakukan oleh Urban Institute dan Encore Capital Group’s Consumer Credit Research Institute mengungkapkan, sekitar 77 juta warga Amerika mempunuai kredit macet atau kredit yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar.
“Jumlah itu sangat mengejutkan dan menimpa hampir semua warga di banyak komunitas,” kata Carolime Ratcliffe, peneliti senior di Urban Institute yang menulis laporan dari studi tersebut.
Laporan itu menganalisis data kredit pada 2013 dari TransUnion untu mengkalkulasi berapa banyak warga Amerika yang kerap terlambat dalam membayar kredit yang sudah jatuh tempo. Studi itu juga melihat berapa banyak warga yang punya tagihan kartu kredit atau tagihan kesehatan yang sudah jatuh tempo atau rekening ditutup karena pembayaran macet.
Para peneliti mengandalkan contoh acak dari 7 juta orang dengan data yang dilaporkan ke biro kredit pada 2013 untuk memperkirakan berapa besaer bagian dari 220 juta warga Amerika yang mengalami kredit macet. Sekitar 22 juta warga Amerika dengan pendapatan rendah tidak diikutsertakan dalam studi ini.
Jumlah kredit macet itu bervariasi mulai dari 25 dolar Amerika hingga 125 ribu dolar Amerika. Namun, rata-rata kredit yang tidak bisa dibayar warga Amerika sekitar 1.350 dolar Amerika. Nevada menjadi negara bagian dengan jumlah warga yang tersangkut kredit macet terbesar yaitu 47 persen.
Kalimat kredit macet biasanya identik dengan telepon yang mengancam, surat yang datang berulang-ulang hingga upaya lain dari pihak ketika agar kreditor bersedia membayar utangnya. Namunm tidak semua responden mengalami hal seperti itu.
Ada juga yang tidak tahu bahwa kreditnya macet setelah mereka mengecek laporan kreditnya. Apabila seorang konsumen mengalami kredit macet, maka dia tidak bisa mengajukan kredit baru, permohonan kartu kredit baru atau pinjaman lainnya. (Washingtonpost)