Suara.com - Fakta ini mungkin akan membuat anda merasa tua. Chief Executive Officer (CEO) Burger King, perusahaan makanan dengan nilai 4 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 46 triliun dan punya 13 ribu cabang di seluruh dunia, ternyata baru berusia 33 tahun.
Hebatnya lagi, itu adalah pekerjaan pertamanya di perusahaan yang bergerak di makanan cepat saji. Laki-laki itu adalah Daniel Scwartz yang mulai menjadi CEO Burger King pada Juni tahun lalu. Daniel sudah bekerja di Burger King sejak tahun 2000.
Di usia 33 tahun, Daniel sudah menerima gaji plus bonus sebesar 5 juta dolar Amerika atau sekitar Rp57 miliar per tahun. Tidak salah apabila Bloomberg menyebut Burger King sebagai perusahaan yang dipimpin oleh “anak-anak.”
Daniel dianggap berjasa menghidupkan kembali Burge King yang pertama kali menggunakan nama The Whooper saat pertama kali berdiri pada 1957. Burger King sempat kesulitan bersaing dengan rumah makan cepat saji lain seperti McDonald’s dan Wendy’s.
Sebelum bekerja di Burger King, Daniel bekerja di perusahaan investasi 3G yang kemudian membeli Burger King. Dia adalah CEO ke-21 Burger King sejak perusahaan itu berdiri. Tidak seperti pendahulunya, Daniel harus bersaing dengan McDonald’s dan Wendy’s tetapi juga memastikan menu yang disajikan di Burger King memuaskan pelanggan.
Daniel beruntung didampingi oleh Josh Kobza, kepala penasihat keuangan yang umurnya baru 28 tahun. Mereka berdua kerap melakukan telepon jarak jauh dengan sejumlah pejabat Burger King di sejumlah negara. Mereka membahas sejumlah strategi yang harus dilakukan untuk kembali “menghidupkan” Burger King.
Daniel kemudian menemukan resep untuk membuat Burger King bisa masuk dalam persaingan rumah makan cepat saji yaitu menerapkan mental kepemilikan kepada karyawan.
Secara perlahan, Burger King sudah bisa bersaing dengan McDonald’s dan Wendy’s. Keputusan Jorge Paulo Lemann, lelaki 74 tahun yang merupakan pemilik perusahaan investasi 3G untuk menempatkan Daniel sebagai CEO Burger King ternyata tepat.
“Kata siapa anda harus berumur untuk bisa meraih sukses?” kata William Ackman, analis dari New York, Amerika Serikat. (Bloomberg)