Suara.com - Kondisi keuangan Malaysia Airlines semakin berdarah-darah setelah maskapai milik pemerintah Malaysia itu mengalami dua musibah dalam rentang waktu empat bulan. Maret lalu, Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 hilang dan hingga kini belum ditemukan.
Minggu lalu, Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di wilayah utara Ukraina. Hampir 500 penumpang menjadi korban dalam dua musibah tersebut. Sejumlah analis memprediksi Malaysia Airlines tidak akan bisa bertahan lama dan akan segera gulung tikar.
Lalu, muncul isu maskapai penerbangan AirAsia X akan membeli Malaysia Airlines. Namun, isu tersebut langsung dibantah oleh Khazanah Nasional Ngd, BUMN yang mempunyai 69,4 persen saham di MAS. Setelah itu, giliran perusahaan Petroliam Nasional Bhd yang dikabarkan akan menjadi ksatria penyelamat.
Sejumlah pejabat Petroliam Nasional dikabarkan sudah bertemu dengan petinggi Malaysia Airlines untuk membahas proses penjualan sehingga MAS bisa kembali beroperasi dengan normal. Terlepas dari siapa calon investor yang akan membeli, Serikat Pekerja Malaysia Airlines justru meminta manajemen saat ini untuk hengkang.
Namun, manajemen Malaysia Airlines justru mendapatkan lampu hijau dari pemegang saham untuk menjalankan rencana bisnis baru, termasuk langkah drastis dalam memulihkan kembali operasional maskapai plat merah itu.
Salah satunya adalah pengurangan 30 persen karyawan dari jumlah total 19.800 karyawan dan juga pengurangan gaji sebesar 30 persen. Apabila rencana itu disetujui pemegang saham, maka ribuan karyawan Malaysia Airlines harus mencari pekerjaan baru lagi. (AsiaOne)