UNDP: 2,2 Miliar Orang di Dunia Miskin

Doddy Rosadi Suara.Com
Kamis, 24 Juli 2014 | 15:00 WIB
UNDP: 2,2 Miliar Orang di Dunia Miskin
Ilustrasi: Orang miskin. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 2,2 miliar orang di dunia masuk kategori miskin atau hampir miskin. Penyebab utama kemiskinan itu antara lain krisi finansial, bencana alam, melonjaknya harga pangan dan juga konflik.

Meski angka kemiskinan cenderung turun di dunia, ketidakseimbangan dan kerawanan struktural masih menjadi ancaman serius. Demikian laporan dari Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP).

Hampir 1,5 miliar orang di 91 kota berkembang hidup dalam kemiskinan. Sedangkan 800 juta orang berada di ujung garis kemiskinan.

“Menghilangkan kemiskinan secara ekstrem bukan hanya mengarah ke nol tetapi juga agar bisa tetap bertahan,” tulis UNDP dalam laporan tersebut.

Menurut UNDP, mereka yang rawan terancam kemiskinan adalah korban bencana alam, perubahan iklim serta krisis finansial. Karena itu, agenda pembangunan di masa depan arus berkelanjutan.

Laporan yang diberi judul “Melanjutkan Perkembangan Manusia: Mengurangi Kerentanan dan Membangun Ketahanan” mengimbau diterapkannya pelayanan dasar sosial kepada semua orang dan juga lapangan kerja sebagai prioritas utama dalam agenda pembangunan.

“Menyediakan rasa aman terhadap keamananan sosial dasar kepada orang miskin hanya memerlukan 2 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Paket perlindungan dasar sosial sangat terjangkau di mana negara dengan pendapatan rendah mengalokasikan dana dan mengumpulkan sumber daya domestic, didukung oleh donor dari komunitas internasional,” ungkap laporan tersebut.

Laporan itu juga menulis, sekitar 1,2 miliar orang bisa bertahan dengan 1,25 dolar Amerika .

“Apabila anda miskin maka anda tidak bisa menghadapi sejumlah guncangan, anda juga bisa lumpuh atau menjad lebih tua. Jadi, anda akan menghadapi lebih banyak lapisan di masa depan,” kata Khalid Malik, penulis utama dari laporan UNDP tersebut. (AFP/CNA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI