Suara.com - Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di wilayah utara Ukraina, Kamis lalu memberikan dampak yang besar terhadap perusahaan milik pemerintah Malaysia. Meski musibah tersebut bukan kesalahan Malaysia Airlines, belum ada preseden di mana pesawat yang jatuh bisa bertahan hidup lama.
“Saat ini, apabila anda bertanya kepada calon penumpang apakah mereka mau terbang dengan menggunakan Malaysia Arlines, maka mereka akan mempunyai jawaban yang negatif yaitu lebih baik menggunakan maskapai lain,” kata Mohshin Aziz, analis penerbangan di Maybank.
Sebelum jatuhnya MH17, Malaysia Airlines juga ditimpan musibah lain yaitu hilangnya MH370 pada Maret lalu. Hingga kini, belum diketahui keberadaan MH370 dengan rute penerbangan Kuala Lumpur-Beijing itu.
Maskapai Airlines sudah merugi 1,6 juta dolar per hari dan kondisi keuangannya selalu merah dalam tiga tahun terakhir. Hilangnya MH370 yang sebagian besar penumpangnya adalah warga negara Cina merupakan pukulan terhadap upaya MAS menggenjot pasar di Cina.
Aziz mengatakan, tidak ada jalan singkat untuk bisa memulihkan kembali Malaysia Airlines.
“Pertanyaan kedua adalah apakah Malaysia Airlines punya kekuataan uang untuk bisa bertahan satu tahun atau dua tahun? Jawabannya, sayang sekali, tidak,” kata Aziz.
Direktur CS&A, Caroline Sapriel mengatakan, dalam kasus jatuhnya MH17 di Ukraina, maskapai Malaysia Airlines sebenarnya merupakan korban. Kata dia, dunia akan bersimpati kepada Malaysia Airlines.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Malaysia Airlines terbang melalui zona konflik saat sejumlah penerbangan lain menghindari rute tersebut.
“Dari sisi risiko manajemen, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa dipikirkan. Imej dan citra Malaysia Airlines akan mengalami kerusakan yang serius. Bahkan, ada kemungkinan Malaysia Airlines akan tutup,” ujar Kuniyoshi Shirai, ahli manajemen krisis di A.C.E Consulting.
Dua musibah dalam rentang waktu empat bulan bukan saja membuat keuangan Malaysia Arlines semakin berdarah-darah, tetapi kebangkrutan perusahaan penerbangan milik pemerintah Malaysia itu sudah semakin dekat di depan mata. (News.com.au)