Suara.com - Heine Allemagne bukan siapa-siapa dan seperti sebagian besar warga Brasil lainnya hidup di bawah garis kemiskinan. Dia nyaris mengalami kebangkrutan. Namun, sebuah semprotan ajaib berhasil menyelamatkan kehidupannya dari kebangkrutan dan juga kemiskinan.
Semprotan yang diciptakan oleh Heine digunakan oleh wasit yang memimpin pertandingan di Piala Dunia 2014. Ketika sebuah tim mendapatkan hadiah tendangan bebas, maka wasit menyemprotkan busa putih yang keluar dari semprotan itu untuk menjaga jarak 10 yard antara pemain lawan dengan bola.
Kenapa disebut semprotan ajaib karena hanya dalam waktu 10 detik, busa putih itu bisa hilang dengan sendirinya. Penggunaan semprotan ajaib itu bisa disebut sukses selama perhelatan Piala Dunia. Kini, sejumlah negara berencana untuk menggunakan semprotan ajaib buatan Heine tersebut. Liga Premir Inggris menjadi salah satu liga Eropa yang tertarik dengan magic spray itu.
Heine mengaku sangat senang ketika magic spray buatannya itu pertama kali digunakan dalam pertandingan antara Brasil melawan Krosia, partai pembuka Piala Dunia 2014.
“Saya menghabiskan waktu 14 tahun untuk membuat magic spray itu. Setelah wasit menggunakannya, saya mulai menerima pesan pendek dari keluarga dan juga teman. Itu merupakan kali pertama saya menjadi sangat emosional, mata saya memerah. Saya sempat berpikir, saya tidak gila dan ini semuanya ada artinya,” kata Heine.
Heine (43 tahun) tumbuh dari keluarga miskin sehingga dia tidak bisa sekolah hanya demi menjual es di jalanan untuk membantu perekonomian keluarganya. Heine tinggal di sebuah rumah kumuh di Ituiutaba, Minas Gerais bersama empat saudara kandungnya.
“Kami tidur bersama di sebuah kamar kecil. Saya tidak pernah punya mainan dan hanya beberapa baju. Ayah saya menyuruh bekerja ketika saya berusia 8 tahun,” jelasnya.
Heine bermimpi menjadi pemain sepak bola. Tetapi, dia harus bekerja keras untuk terhindar dari kebangkrutan. Dia sempat melakoni lima pekerjaan sekaligus. Hingga suatu ketika, 14 tahun lalu, dia berkunjung ke rumah orang tuanya.
Ketika itu, mereka tengah menyaksikan pertandingan sepak bola lewat sebuah tv yang sudah tua. Saat itulah, Heine menemukan momen “eureka.”
“Saya tertarik dengan pertandingan itu. Saya sedang melewati TV ketika tendangan bebas akan diambil. Saya dengar komentator bilang, apakah akan ada orang yang bisa mencari jalan agar dinding yang dibuat pemain lawan bisa berjalan? Saya lalu kemudian berhenti dan berpikir, saya akan mencari cara agar hal itu bisa terlaksana,” ujarnya.