Suara.com - Pengendalian utang pemerintah dan swasta menjadi prioritas dari Kementrian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia. Prioritas ini diambil karena meningkatnya rasio utang swasta yang mencapai 52%.
Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia per April 2014 mencapai 276,6 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 3.300 triliun. Utang luar negeri ini tumbuh sebesar 7,6 persen dibandingkan posisi utang luar negeri April tahun 2013 lalu.
Utang luar negeri April 2014 terdiri dari utang sektor publik sebesar 131 miliar dolar Amerika dan utang sektor swasta 145,6 miliar dolar Amerika.
Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengatakan, pembayaran utang tersebut harus sesuai dengan mata uang yang dipinjamkan dalam utang tersebut.
"Kalau kita punya utang dengan mata uang asing maka harus membayarnya pun dalam mata uang asing. Hal ini akan menjadi prioritas utama Kemenkeu yang juga bekerjasama dengan Bank Indonesia,” ujar Chatib, saat konferensi pers di Gedung Kementrian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2014).
Utang luar negeri sektor swasta tumbuh 13 persen year on year, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Maret yang sebesar 12,2 persen. Saat ini Debt to Service Ratio (DSR) Indonesia berada di kisaran 45-47 persen.
Sedangkan data Bank Indonesia menyebutkan, DSR pada kuartal pertama 2014 mencapai 46,31 persen, naik dari Oktober-Desember 2013 sebesar 43,38 persen. Angka sudah melampaui ambang batas DSR yang harus diwaspadai berdasarkan kesepakatan internasional, yakni 44 persen.