Suara.com - Pelaku pasar berharap Joko Widodo bisa tampil sebagai pemenang dalam pemilu Presiden, 9 Juli nanti. Ekonom dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan, Capres Jokowi melakui timses ekonominya telah berkomitmen tidak akan merivisi kebijakan keuangan, sehingga defisit APBN sebesar 3% dari Produk Domestik Bruto tetap terjaga.
Dengan demikian, kata Fauzi, realisasi pembangunan infrastruktur lebih optimal. Hal ini berbeda dibandingkan dengan capres Prabowo Subianto yang belum punya komitmen untuk menjaga defisit APBN sebesar 3 persen dari PDB.
“Menurut suvei jika nantinya Jokowi tak terpilih pasar atau investor akan lari dari Indonesia, sehingga rupiah dan saham mengalami anjlok. Untuk itu pasar lebih melihat capres Jokowi terhadap rencana kebijakan ekonominya, sehingga semua yang direncanakan dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain lebih realistis,” kata Fauzi di Jakarta, Kamis (3/7/2014).
Fauzi menambahkan, investor berharap Presien terpilih bisa menjaga defisit fiskal serta berani untuk mengurangi subsidi BBM.
Ia menambahkan, harga bbm harus naik siapapun presidennya, agar subsidi bisa dikurangi dan dialihkan untuk pembangunan infrastruktr. Dengan demikian, pasar finansial tetap bisa berjalan normal dan mata uang rupiah serta indeks saham akan menguat.
"Negara yang lebih miskin saja seperti India dan Vietnam harga bbmnya lebih tinggi ketimbang Indonesia,” tegas Fauzi.