Investasi Perusahaan di Seluruh Dunia Menurun

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 01 Juli 2014 | 07:08 WIB
Investasi Perusahaan di Seluruh Dunia Menurun
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Investasi di pasar negara berkembang diperkirakan akan merosot tahun ini. Ini dipicu penurunan pengeluaran perusahaan global yang ditetapkan akan berlangsung hingga 2015.

Menurut Standard & Poor's, investasi perusahaan seluruh dunia diperkirakan menyusut 0,5 persen pada tahun ini, setelah jatuh satu persen pada 2013, melambat di sekitar 3,3 triliun dolar Amerika selama tiga tahun berturut-turut.

"Sebuah pemulihan dalam belanja modal (capex) tetap menjadi salah satu tren yang paling tajam diantisipasi dalam ekonomi global," kata Gareth Williams, ekonom sektor korporasi S&P di London.

"Survei kami menunjukkan siklus belanja modal tetap terjebak dalam netral, karena penurun komoditas dan belanja modal di pasar negara berkembang membayangi perubahan moderat di pasar negara maju." Sebut S&P.
Lembaga itu memperkirakan 2.000 perusahaan utama berdasarkan belanja modal globalnya memegang sekitar 4,5 triliun dolar Amerika pada kas dalam neraca keuangan mereka pada akhir tahun lalu.

Penurunan investasi telah menjadi sangat keras di negara-negara berkembang, termasuk di negara-negara BRIC seperti Cina, Brazil, India dan Rusia, di mana pengeluaran perusahaan diperkirakan turun empat persen tahun ini setelah penurunan yang sama pada 2013.

"Ini adalah pembalikan yang signifikan dari tren kenaikan sebelumnya dan telah meninggalkan pertumbuhan belanja modal global lebih bergantung pada pasar negara maju yang sedang tumbuh lambat," kata S&P.

Sektor energi dan komoditas, jenis industri investasi tinggi yang menyumbang sekitar 42 persen dari pengeluaran perusahaan global pada 2013, juga telah mulai mengencangkan dompet.

Perusahaan-perusahaan pertambangan besar seperti BHP Billiton dan Rio Tinto sudah mulai memotong pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang prospek jangka panjang harga komoditas karena pertumbuhan ekonomi di pembeli besar seperti Cina melambat. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI