Harga Jual Gas Tangguh ke Cina Direvisi

Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 30 Juni 2014 | 15:25 WIB
Harga Jual Gas Tangguh ke Cina Direvisi
Menko Perekonomian Chairul Tanjung (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Jero Wacik. [Antara/Andika Wahyu]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Potensi menerimaan negara dari produk Ladang Gas Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat, meningkat seiring tercapainya kesepakatan Indonesia-Cina mengenai harga jual gas dari ladang yang memiliki kontrak ekspor hingga 2034.

"Ini terkait renegosiasi penjualan gas Tangguh trane I dan trane II ke Fujian yang meningkat signifikan," kata Menko Perkonomian Chairul Tanjung dalam keterangan pers usai sidang kabinet terbatas bidang ekonomi di Kantor Presiden Jakarta, Senin (30/6/2014).

Chairul Tanjung mengatakan dengan keberhasilan renegosiasi itu, potensi pendapat negara dapat meningkat.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan Ladang Tangguh Trane I dan Trane II diekspor ke Cina dan Amerika Serikat.

"Perjanjian dengan Cina pada 2002 harganya disepakati 525 persen dikali harga Japanese Crude Coctail (JCC harga minyak mentah Jepang-red). Maksimum harga JCC 26 dolar Amerika per barel sehingga harga gas kita 2,7 dolar per MMBTU," kata Jero Wacik.

Beberapa tahun kemudian, kata Jero Wacik, dilakukan negosiasi ulang sehingga harga patokan JCC naik dari 26 dolar AS menjadi 38 dolar Amerika sehingga harga gas menjadi 3,3 dolar per MMBTU.

"Ini yang kami negosiasikan. Setelah Presiden bertemu dengan Presiden Cina Hu Jintao, kami coba hilangkan 'price cap' atau harga JCC-nya," katanya.

Ia memaparkan dari kesepakatan yang didapat maka mulai 1 Juli 2014 harga JCC yang dipakai adalah harga JCC yang ada dipasaran. Maka bila harga JCC saat in 100 dolar AS per barel maka dengan perhitungan yang ada maka harga gas menjadi 8 dolar Amerika per MMBTU.

"Ini kesepakatannya naik terus. Ini kenaikan empat kali lipat harga tahun lalu," kata Wacik.

Menteri ESDM mengatakan bila tidak dilakukan negosiasi ulang harga jual gas sejak awal kontrak 2002 hingga 2034, pendapatan negara mencapai 5,2 miliar dolar AS sementara setelah kesepakatan harga jual yang baru pendapatan negara bisa mencapai 20,8 miliar dolar Amerika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI