Suara.com - Melemahnya nilai tukar rupiah karena terjadinya peningkatan permintaan terhadap dolar Amerika menjelang bulan Ramadan. Selain itu, kata ekonom dari PT Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy, ketidakpastian politik serta melonjaknya harga minyak semakin memberi tekanan kepada rupiah.
Jelang bulan Ramadan, pengeluaran masyarakat cenderung meningkat. Sementara itu, Indonesia akan menggelar pemilu Presiden pada 9 Juli nanti. Saat ini dua pasangan capres-cawapres yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla tengah melakukan kampanye. Dua hal itu membuat rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah sejak Februari yaitu di posisi 12.048.
Kemarin, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan, Bank Indonesia sengaja membiarkan rupiah melemah sebagai cara untuk meningkatkan ekspor.
Defisit neraca perdagangan pada April mencapai 1,96 miliar dolar Amerika dan merupakan posisi terbesar sejak Juli tahun lalu. Rasio defisit perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto kemungkinan akan mencapai angka 2,06 persen.
Melemahnya nilai tukar rupiah membuat sejumlah industri yang masih menggunakan bahan baku impor terkena imbasnya. Salah satunya adalah industri tekstil. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, pelemahan rupiah membuat industri tekstil terpaksa menaikkan harga jual sebesar 15 persen. (Bloomberg)