Suara.com - Calon presiden yang terpilih nantinya diharapkan dapat membuat keputusan strategis menunda Indonesia masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menerapkan ekonomi pasar bebas 2015.
Pakar Hubungan Internasional Universitas Sumatera Utara (USU) Rosmeri Sabri di Medan, Minggu (22/6/2013), mengatakan, penundaan itu sangat penting karena Indonesia belum siap mengikuti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurutnya MEA menerapkan persaingan ekonomi yang sangat keras tersebut.
"Indonesia belum siap. Dari sisi mana kita siap. Atas nama pasar bebas, kita akan menjadi 'makanan' mereka," katanya.
Menurut Rosmeri, dari aspek keterampilan (skil), Indonesia jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan sumber daya manusia yang dimiliki Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kondisi itu dapat dilihat dari data statistik tentang sebaran tenaga kerja Indonesia yang masih didomoniasi tamatan SD dan SMP.
"Sedangkan negara lain sudah S-1. Jadi, dari aspek skil, negara lain lebih menguasai," katanya.
Kemudian, Indonesia juga masih tertinggal dengan persediaan modal untuk mengeksplorasi berbagai sumber daya alam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Dengan modal yang besar, tenaga ahli, dan penguasaan teknologi yang dimiliki, negara ASEAN seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia akan leluasa mengeksplorasi berbagai sumber daya alam Indonesia.
Karena itu, pemerintah Indonesia harus menunda pemberlakuan MEA tersebut sambil mempersiapkan diri agar tidak menjadi "makanan empuk" bagi negara lain.
Hal itu untuk tetap menjaga kebanggaan sebagai negara yang berdaulat, Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam dapat mencari tenaga terampil dan modal dari pasar internasional.